Oleh Fariz Afif Sudrajat, Rionaldo  Herwendo / foto: Fariz Afif Sudrajat

Diamma – Kamis  (14/04/2011), peluncuran buku yang dilakukan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerja sama dengan Friedrich Ebert Stiftung adalah buku yang menjadi panduan seorang jurnalis dalam menghadapi teroris yang terjadi di Indonesia saat ini. “Terorisme yang selalu mengintai keadaan wilayah Indonesia membuat suasana ini menjadi tidak kondusif,“ ujar Umar Idris selaku moderator acara ini.

Peluncuran dan diskusi yang diadakan di CityWalk Sudirman ini dihadiri oleh teman-teman media seperti  Metro TV, MNC TV, Viva News, Sabili, OkeZone  dan masih banyak media lainnya. “Kode etik jurnalistik yang harus diutamakan dalam sebuah peliputan dan juga menjaga keselamatan diri kita sebagai wartawan,” ungkap Agus Sudibyo. Beliau menambahkan dengan adanya buku ini, menyadarkan juga kepada seorang jurnalis akan pemberitaan jangan hanya mementingkan kecepatan, tetapi kelengkapanlah yang terpenting. Dalam sebuah berita, buku ini telah memberikan konten yang mendukung peliputan kita apalagi ketika menghadapi teroris.

Dalam acara ini dihadiri 3 pembicara, di antaranya Agus Sudibyo dari Dewan Pers, Boy Rafli Umar selaku Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri dan Andi Wiidjajanto pengamat teroris yang berasal dari Universitas Indonesia. Agus Sudibyo berpesan, “Bahwa buku ini harus didiskusikan, khususnya di media pertelevisian agar pemberitaan di media televisi dapat mementingkan kelengkapan dalam sebuah berita.” Media memang harus mementingkan cover both side (keseimbangan ), karena memang ini salah tugas terpenting seorang jurnalis. hal ini dipesankan oleh Boy Rafli Umar di akhir pembicaraannya.

Buku yang memiliki 222 halaman ini, memang sangat mengajak kita sebagai jurnalis yang menyukai tantangan. Dalam kesempatan ini, Aliansi Jurnalis Independen juga berpesan dan mengatakan bahwa pembuatan buku ini adalah kita sebagai Jurnalis harus memiliki karya  – karya jurnalistik ketika kita bekerja.