Ilustrasi

Diamma.com – Sejumlah orang tua siswa SD Negeri Angkasa IX Jakarta Timur, memprotes isi buku muatan lokal yang selama ini digunakan anak mereka. Dalam buku tersebut terdapat cerita yang tidak mendidik dan menceritakan  tentang istri simpanan.

Peristiwa yang mengagetkan tersebut, terjadi pada buku mata pelajaran Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta (PLBJ) yang diberikan kepada siswa kelas II SD.

Salah seorang wali murid Intan Budi Utoyo, orangtua dari Adivia Hana mengaku kaget setelah anaknya yang baru berusia tujuh tahun melemparkan pertanyaan mengenai makna dari istri simpanan. “Saya kaget, anak saya tanya. Mamah, istri simpanan itu apa?” katanya.

Buku terbitan PT. MK ini memang memuat cerita dengan judul ‘Bang Maman dari Kali Pasir’ yang didalamnya memuat tokoh seorang wanita yang digambarkan berperan sebagai istri simpanan.

Cerita yang kurang tepat disampaikan untuk anak sekolah dasar ini muncul, ketika Intan sedang menemani anaknya belajar untuk menghadapi ujian yang dilaksanakan kemarin.

“Saya minta Hana untuk baca, karena seluruh pertanyaan ujian ada di situ. Saya kaget, dan saat dibaca teliti memang ada soal istri simpanan,” tuturnya.

Intan menjelaskan, kasus ini sudah menjadi bahan perbincangan seluruh orangtua murid. Dan dalam waktu dekat ini, kasusnya akan dibicarakan kepada pihak sekolah.

“Orangtua pasti kaget. Nanti anak mengiranya itu budaya Jakarta, dan punya istri simpanan,” paparnya.

Sementara itu Wakil Dinas Pendidikan DKI Jakarta Agus Suradika mengatakan, saat ini pemerintah memang memberikan kebebasan pihak sekolah untuk menentukan sendiri kebutuhan buku pelajaran termasuk buku muatan lokal.

“Hari ini kami sudah membahas dengan Kepala Bidang Sekolah Dasar, terkait kebijakan manajemen berbasis sekolah itu. Kami akan memanggil seluruh Kepala Sekolah Dasar, termasuk Kepala SD Angkasa IX Halim mengenai pemilihan buku tersebut” jelasnya.

Agus mengatakan bahwa dirinya kaget dan menyayangkan adanya cerita seperti itu. “Semuanya akan kami seleksi agar tidak lagi terjadi seperti ini, karena merugikan peserta didik,” sesalnya.

Lebih lanjut, Agus telah mengimbau pihak sekolah untuk menarik buku tersebut dan lebih selektif dalam memilih dan menggunakan buku pelajaran untuk siswa. “Kami menyerahkan itu kepada pihak sekolah, karena kami tak punya wewenang menarik buku tersebut,” terangnya.

Reporter: Dian Ramdhani / Foto: Google.com
Editor: Frieska M.