Pembangunan patung Prof. Dr. Moestopo. Foto: Diamma.com/Adhyasta Dirgantara

Pembangunan patung menjadi salah satu perbincangan hangat di kalangan mahasiswa UPDM (B) dengan alasan membuat parkiran menjadi lebih sumpek.

Diamma.com- Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) sedang dalam proses pembangunan patung Pak Moestopo  di halaman depan kampus, tepatnya di parkiran motor maupun mobil mahasiswa UPDM (B). Dalam pembangunan tersebut, respon yang didapat dari para mahasiswa UPDM (B) ternyata kurang baik.

Salah satu Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) 2015 yang tidak ingin disebut namanya, menuturkan bahwa lokasi yang dipilih untuk membangun patung tersebut kurang ideal.

“Kurang sepakat juga sih dengan adanya pembangunan ini. Sebenarnya bukannya tidak sepakat, tapi kan mengambil lahan parkir. Kalau ada patung disana, jadi mempersempit parkirannya, otomatis parkiran menjadi semakin penuh. Kalau bisa, tempat pembangunannya lebih dikondisikan saja kenapa harus di lahan parkir juga, sedangkan lahan parkir sudah sempit,” jelasnya.

“Sebenarnya tujuan dibangunnya patung ini sih bagus, supaya mahasiswa UPDM (B) bisa lebih mengenal dan mengetahui sejarahnya Pak Moestopo,” lanjutnya.

Tujuan dibangunnya patung ini memang bertujuan untuk mengingat jasa-jasa yang Pak Moestopo lakukan semasa hidupnya. Wakil Ketua Yayasan UPDM (B), Soenardi Dwidjosusastro, membenarkan hal tersebut.

“Jadi itu akan dipasang patung Pak Moestopo karena beliau kan pendiri universitas ini. Jadi, ia mempunyai ikatan moral yang tinggi karena sebagai bapak dari UPDM (B) dan beliau juga mantan pahlawan nasional yang terlibat dalam Peristiwa 10 November 1945,” ujar Soenardi.

Pembangunan patung ini merupakan yang kedua kalinya setelah sebelumnya dibangun terlebih dahulu di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UPDM (B).

“Untuk mengenangnya, maka dari itu yayasan memasang peninggalan dengan wujud patung,” lanjut Soenardi.

Mengenai persoalan parkiran, pihak kampus sudah memikirkan untuk mengatasinya. Contohnya adalah parkiran mobil yang berada di depan rumah Bu Moestopo sudah menjadi parkiran motor walaupun masih ada sedikit mobil yang parkir disana.

“Nanti saya akan ngomong ke pak rektor untuk mengatasi persoalan parkir lebih lanjut,” tutup beliau.

Reporter: Zulian Ahmad

Versi cetak artikel ini terbit di WARTA Diamma edisi #56 Sept 2018, dengan judul “Alih-alih Dipuji, Pembangunan Patung Sang Pendiri Justru Dikritik