Diamma.com – “Pelayanan medis atau kejahatan?” Itulah inti pertanyaan yang terus muncul dan tersirat, dalam film berdurasi 134 menit arahan sutradara kondang Barry Levinson berjudul “You Don’t Know Jack”. Sesuai judulnya, film yang resmi dirilis tahun 2010 ini bercerita tentang satu sosok, yakni Jack.
Dimainkan secara sempurna oleh aktor watak Al Pacino, Jack Kevorkian adalah tokoh nyata. Jack yang lahir di Pontiac, Michigan 26 Mei 1928 dikenal sebagai sosok yang eksentrik. Pria keturunan Armenia-Amerika Serikat ini ialah seorang pensiunan dokter bidang Patologi sekaligus seniman yang dicatat sejarah sebagai salah satu pejuang legalisasi euthanasia.
Euthanasia adalah kata yang berakar dari Bahasa Yunani yang artinya “kematian yang baik”. Definisi umum dari euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seseorang dengan tujuan melepaskan orang tersebut dari penderitaan rasa sakit.
Di dalam film yang diangkat dari buku “Between the Dying and the Dead: Dr Jack Kevorkian’s Life And The Battle To Legalize Euthanasia” karya Neal Nicol dan Harry Wylie, istilah euthanasia sebenarnya sangat jarang muncul. Dialog dalam film ini lebih sering menggunakan istilah “assisting suicide” atau membantu orang bunuh diri.
Di dalam film ini, Jack digambarkan sebagai sosok dokter tua yang bukan sekadar ‘pejuang gagasan’ legalisasi euthanasia. Dia juga membuka praktik kedokteran yang secara khusus membantu orang untuk mati. Dia bahkan membuat kartu nama khusus untuk itu dengan tulisan “Special Death Counselling…by appointment only”.
Cara kerja Jack digambarkan secara terperinci dalam film ini. Mulai dari tahap wawancara, dimana pasien mengungkapkan keinginannya untuk mati, hingga penggunaan gas Pottasium Chloride yang dialirkan ke pasien untuk menghentikan detak jantung. Tahap wawancara menjadi fase penting bagi Jack dalam memutuskan apakah akan membantu si pasien bunuh diri atau tidak. Beberapa kali, Jack menolak dengan alasan si pasien tidak layak dibantu karena tidak mengidap penyakit serius.
Sesuai namanya “assisting suicide”, peran Jack saat berpraktik hanya membantu seseorang yang ingin mengakhiri hidupnya. Keputusan untuk mati atau tidak sepenuhnya berada di tangan pasien. Untuk menekankan hak pasien, Jack menyediakan alat semacam penjepit kertas di selang gas. Jack mempersilakan si pasien mencabut penjepit kertas tersebut sebagai tanda dia siap mati.
Dalam film ini, menjelaskan tentang perjuangan Jack untuk melegalkan euthanasia. Sedari awal terpikir untuk memperjuangkan legalisasi euthanasia, Jack sadar bahwa langkahnya tidak akan mudah. Jauh-jauh hari, Jack bahkan sudah memprediksi dirinya akan mendapat protes keras dari kalangan aktivis yang mengusung nilai-nilai moral dan agama. Dia juga sudah menduga bahwa hukum akan menghadang.
Terbukti, pada saat dia merampungkan tugas pertamanya membantu Janet Adkins, seorang penderita Alzheimer, Jack langsung diciduk. Namun, dia tidak lama mendekam di sel tahanan. Berkat prinsip “nullum delictum, nulla puna sine praevia lege punali”, bahwa seseorang tak dapat dihukum jika tidak ada hukumnya dan Jack tak tersentuh oleh hukum. Ketika itu, hukum negara bagian Michigan memang belum mengatur assisting suicide sebagai kejahatan.
Walaupun terus menuai protes, Jack mulai leluasa berpraktik assisting suicide. Dia bahkan mulai menjadi selebritas. Wajahnya tampil di sampul depan majalah Time, tawaran wawancara dari sejumlah acara talkshow juga mengalir deras. Publik mulai memberi julukan “Dr Death” kepada Jack. Sebagian menyandingkan Jack dengan Dr Frankenstein, tokoh cerita yang menciptakan monster.
Salah satu yang patut dipuji dari film ini adalah penonton tidak dicekoki tentang apakah euthanasia itu benar atau tidak, legal atau ilegal. Film ini sekadar menyajikan rekaman kehidupan seorang dokter memperjuangkan keyakinannya melalui jalur hukum. Dan, ini menjadi bagian yang paling menarik, Jack Kevorkian bukan seorang sarjana hukum, apalagi pengacara.
Reporter : Ahmad Subagia / Foto : Imdb.com
Editor : Rosa Febryanty Razak
(dikutip dari berbagai sumber)