Diamma.com – Negara dengan kepulauan terbanyak di dunia membuat Indonesia menjadi salah satu negara terpopuler lewat alamnya. Bukan hanya kekayaan alam yang menyertai Indonesia, tetapi budaya yang beraneka ragam juga turut menjadi daya tarik Indonesia.
Begitu banyak budaya yang dimiliki Indonesia, salah satunya adalah upacara siraman. Upacara siraman biasanya dilakukan di pernikahan adat Jawa. Upacara tersebut dilaksanakan sebelum ijab. Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar pengantin tersebut menjadi bersih dan suci lahir batin.
Sebelum siraman dilaksanakan, calon mempelai wanita terlebih dahulu melakukan sungkeman kepada kedua orang tua. Selain kedua orang tua, adat tersebut juga dihadiri oleh para kerabat. Setelah sungkeman, barulah dilakukan ritual siraman. Siraman yang pertama dilakukan oleh ayah mempelai wanita dan dilanjutkan oleh ibu mempelai wanita.
Untuk melakukan upacara tersebut, ada beberapa hal yang harus disiapkan, seperti :
- Air bersih
- Bunga Setaman (bunga sritaman). Kembang setaman merupakan bunga-bunga yang tumbuh di taman seperti mawar, melati, kanthil dan kenangan. Bunga-bunga ini ditaburkan ke dalam air yang akan dipakai untuk supaya menjadi harum
- Konyoh Manca Warna. Konyoh Manca Warna artinya lulur yang terdiri dari lima macam warna, meliputi merah, kuning, hijau, biru dan putih. Konyoh itu berfungsi sebagai sabun yang dapat menghaluskan tubuh
- Landha Merang, Santan Kanil, Air Asem. Landha merang (abu merang yang direndam dalam air) berfungsi sebagai shampo, santan kanil (air perasan parutan kelapa yang kental) berfungsi untuk menghitamkan rambut dan air asem digunakan sebagai conditioner
- Dua butir kelapa tua
- Alas Duduk
- Sehelai mori atau kain tenun berwarna putih berukuran dua meter, kain motif grompol dan sehelai motif nagasar.
- Sabun dan handuk untuk membersihkan dan mengeringkan badan.
- Kendhi atau klenthing berisi air bersih
- Sajen Siraman
Dewasa ini, banyak masyarakat yang memilih untuk meninggalkan adat tersebut dan memilih menggunakan konsep nasional karena dirasa kurang praktis. Namun, berbeda dengan Geby Putri Utami, mempelai wanita keturunan kota Solo tersebut memilih acara pernikahan dengan konsep adat Jawa.
Geby mengatakan bahwa ia ingin mendapatkan suasana sakral dari pernikahannya dengan cara menggunakan adat. “Saya mau pernikahan hikmat serta agar saya tahu bagaimana adat Jawa tersebut,” ucapnya. Geby berharap agar banyak pengantin yang menggunakan adat keturunan dari masing-masing daerah mereka agar budaya Indonesia tetap dikenal.
Reporter : Rosa Febryanty Razak / Fotografer : Rosa Febryanty Razak
Editor : Rachma Putri Utami