Andrea Hirata

Diamma.com – Siapa yang tidak mengenal Andrea Hirata, sosoknya mulai dikenal lewat debut novelnya yang berjudul ‘Laskar Pelangi’, kontribusinya dibidang sastra bisa dikatakan begitu besar. Tidak hanya lewat tulis-menulis, kini Andrea Hirata telah membangun museum sastra yang diberi nama ‘Museum Kata’.

Museum Kata kini menjadi salah satu tujuan wisawatan yang berkunjung ke Belitung, khususnya mereka yang singgah ke Gantong, Belitung Timur.

Tempat ini mulai ramai dikunjungi, seperti kata Andrea saat ditemui beberapa waktu lalu. “Waktu liburan Idul Adha, ada hampir seribu orang yang berkunjung kesini, mulai dari siswa-siswa samapi wisatawan domestik.”

Menurut Andrea, berdirinya museum ini juga merupakan permintaan dari para pembaca setia novel-novel karyanya. Ia juga menambahkan, hal ini merupakan bentuk rasa terimakasih kepada para pembaca. “Saya juga sudah janji ketika itu, kalau royalti yang saya terima akan saya kembalikan dengan para pembaca,” kata pria berambut ikal.

Terdapat 10 ruangan di dalam bangunan semi permanen ini, diantaranya ruang selamat datang, ruang laskar pelangi, ruang ikal, ruang lintang, ruang mhar, warung kopi, ruang menulis Andrea Hirata, dan tentunya toilet.

Koleksi-koleksi yang ada terdiri dari replika-replika karya sastra Andrea. Terdapat juga foto-foto unik yang ada dalam sekuel Film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Buku-buku bacaan seperti novel, majalah, dan buku anak-anak yang bisa ditemui di ruangan ini. Pengelola Museum juga menyediakan souvenir khas Laskar Pelangi seperti kaos, pin, dan mug.

Museum Sastra pertama di Indonesia ini tidak memungut biaya masuk kepada setiap pengunjung. Selain itu, bagi pengunjung yang ingin bersantai sambil menikmati kopi khas museum ini juga bisa dipesan di warung kopi. Untuk menikmatinya, tidak perlu merogoh kocek yang dalam, cukup membayar Rp. 3.000-Rp.4.000/gelasnya.

Dari banyaknya karya Andrea Hirata yang telah diterbitkan, ada satu karya yang hanya bisa dijumpai di museum ini, pasalnya, Andrea sengaja tidak menerbitkan satu cerpen dan hanya bisa dibaca di Museum Kata.

“Selain sebagai objek wisata, museum ini mempunyai misi edukasi, sepertihalnya menyediakan informasi mengenai beasiswa sastra dan menulis di luar negri,” katanya. Ia juga bermimpi suatu saat nanti, kampungnya ini bisa menjadi desa sastra, dimana masyarakatnya hidup dari sastra.

 

Reporter: Yery Wahyudi / Foto: tribunnews.com

Editor: Frieska M.