Diamma.com – Mainan bukan hanya sebagai media untuk menyenangkan hati anak kecil.
Ternyata mainan juga bisa menjadi media, yang menjadi alat untuk meyenangkan hati orang dewasa.
Juga sebagai alat investasi yang cukup menjanjikan di kalangan masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh Tomoci.
Dari yang awalnya hanya pencinta mainan, sekelompok orang ini dapat membentuk suatu komunitas yang diberi nama Tomoci.
Tomoci yang merupakan kepanjangan dari Toys and Modelers Collector Indonesia. Adalah komunitas yang bergelut di bidang mainan seperti Lego, Hotwells, Matchbok, dan lainnya.
“Komunitas yang terbentuk sekitar tahun 90 an, mulanya berupa miniatur mobil VolksWagen (VW), kemudian berkembang seiring beragamnya jenis mobil yang ada,” ujar Rio seorang diecaster (Pencinta sekaligus kolektor mainan Hotwells).
Tidak hanya jenis mainan mobil VW, Matchbox, dan Hotwells saja yang ada di komunitas TOMOCI, mainan asal Denmark yakni Lego juga dapat ditemukan dikomunitas ini.
Selain mengumpulkan berbagai jenis mainan, komunitas ini juga merupakan wadah untuk bartukar mainan, bahkan menjual mainan koleksi dari berbagai kolektor.
Saat ditanyai diamma.com berapa harga mainan mobil Hotwheels di pasaran, Rio menjelaskan. “Itu dapat dilihat dari kelangkaan barangnya, semakin langka jenis barangnya maka semakin mahal pula harganya.”
Pria berkacamata ini menambahakan, jauh sebelum ada social networking seperti friendster, facebook, twitter dan lain-lain, komunitas Tomoci sudah ada. Hanya kebanyakan para anggotanya bergerilliawan alias sendiri-sendiri.
“Untuk penjualannya di kawasan Senayan, tadinya hanya ada lima mobil, sekarang empat puluh mobil, dengan ribuan anggota Tomoci yang tersebar di barbagai daerah,” jelas pria yang pernah menjadi juara satu dalam perlombaan Hotwheels di Meksiko.
Komunitas ini biasanya berkumpul di parkiran depan gedung kolam renang Senayan, pada pukul 15.30 – 18.00 WIB, tiap hari minggu tepatnya di minggu pertama dan ketiga. Istilah berkumpul dalam komunitas ialah swapmeet.
Anggota dalam komunitas ini bermacam- macam, seperti kata Rio. “Anggota komunitas mulai dari kalangan anak berusia tiga tahun, biasanya mereka merupakan keturunan dari sang ayah yang juga menyukai Hotwheels.”
“Tidak hanya itu, kalangan lansia yang berumur tujuh puluh tahun pun juga meramaikan komunitas ini,” tutup Rio sambil menunjukan koleksi mainan Hotwheels yang ia miliki.
Reporter : Aslan La Ode / Foto : Dok. Komunitas Diecaster Jakarta.
Editor : Erwin Tri P.