Tak banyak orang yang menyadari bahwa titik sebesar lubang jarum itu dapat  menghasilkan karya yang penuh seni.

Oleh Hikmah Rani / Foto : Apriadi Wawan Kurniawan

Diamma – Era globalisasi memang syarat dengan hal-hal yang instan, semua seakan dituntut untuk serba cepat. Itu pula yang dirasakan oleh para penggemar fotografi. Kemajuan teknologi telah menghadirkan banyak kemudahan.

Adanya kamera digital, SLR, dan kamera dihandphone adalah buktinya. Namun, segala tawaran kemudahan rupanya tidak menghapuskan rasa cinta beberapa penggemar fotografi untuk menggunakan kamera yang cukup sederhana ini. kamera yang dapat menghasilkan seni gambar dari sebuah titik dan hasil yang tak kalah bagus dengan kamera digital ini bernama kamera lubang jarum (KLJ).

Pencinta kamera lubang jarum merupakan anak-anak pinholer alias pecinta leluhur kamera (kamera lubang jarum). Kebanyakan dari mereka menyebut dirirnya kalengers atau pemain kaleng. KLJ dimulai pada tahun 1997. Komunitas Lubang Jarum Indonesia (KLJI) merupakan tempat berkumpulnya pinholerm, serta mewadahi orang yang bermain hole. Komunitas yang diresmikan pada tanggal 17 Agustus 2002 ini dipimpin oleh Ray Bachtiar, selaku Pemimpin KLJI Se-Indonesia,

KLJI tidak hanya menyalurkan hobi, tapi juga menyediakan segala macam kebutuhan yang diperlukan seseorang pengajar dalam mendidik anak-anak jalanan, pengamen, dan pelajar yang ingin belajar menggunakan KLJ.

“Komunitas lubang jarum indonesia ini tepatnya komunitas kreatif. Karena selalu mengedepankan dan mengunggulkan pembelajaran kreatifitas” ujar Wawan, ketua KLJ-Jakarta.

Menurut bahasa, komunitas Lubang Jarum Indonesia (KLJI) ialah Orang-orang yang bisa melepaskan diri dari masalah kecil, sekecil lubang jarum yang dapat lolos. Sedangkan dalam istilah lain, diumpamakan orang yang ingin memotret tapi tidak memiliki kamera yang dapat memotret sendiri. Tidak punya print untuk cetak hasil fotonya, dan kini ia bisa mencetak sendiri. Masalah tersebut memang dapat dipecahkan di KLJI. Semua yang dibutuhkan Pinholer sudah tersedia, sampai dengan membuat kamera lubang jarum sendiri.

Menurut keterangan dari ketua KLJI-Jakarta, untuk menghasilkan karya seni dari kamera lubang jarum terdapat 3(tiga) proses yang perlu dilakukan oleh pinholeh. sebagai berikut :

  1. Membuat Kamera (kamera lubang jarum)
  2. Memotret, dan
  3. Kamar Basah/ Kamar Gelap.

“Menurut hasil observasi, ketiga proses tersebut dapat dianalogikan, membuat kamera bagaikan ilmu fisika, memotret bagaikan ilmu matematika, dan kamar basah/gelap bagaikan ilmu fisika.” Jelas pria lulusan Gunadarma ini.

Bahan/peralatan yang digunakan untuk pembuatan kamera lubang jarum sangat sederhana dan mudah didapatkan. Seperti: Kaleng/kardus/kotak korek api/ kotak yang terbuat dari kayu, dan bahan pendukung lainnya alumuniumfoil, kertas biasa/ film negative, chemical/cat hitam untuk proses, lakban dan jarum jahit.

Maksud dari lubang jarum sendiri adalah kamera yang diberi alumuniumfoil, kemudian dilubangi dengan jarum dimana alumuniumfoil itu merupakan sebagai media. Lensanya adalah lubang jarum dan kamarnya berupa kaleng/ kardua yang dapat digelapkan menggunakan chemical/ cat hitam untuk dijadikan sebuah kamera. Media rekamnya adalah kertas biasa/ film negative.

Teknik pengambilan gambar pada kamera lubang jarum tidak ada bedanya dengan kamera digital, seperti semakin terang/ banyak cahaya yang direkam maka akan over. Sebaliknya, apabila kurangnya cahaya yang didapat maka akan menjadi under foto(gambar yang dihasilkan). Karena chemical/ cat hitam cahaya, sehingga sensor yang berevolusi peka cahaya jadi jangan sampai terkena cahaya.

Prestasi KLJI

Komunitas Lubang Jarum Indonesia (KLJI) memiliki segudang prestasi. Dan yang paling dibanggakan KLJI adalah ketika Institut Seni Indonesia (ISI) memasukkan kamera lubang jarum sebagai matakuliah tetap pada tahun 2003. “Artinya, fungsi pendidikan di KLJI berhasil. Buktinya KLJ dapat dipatenkan sebagai matakuliah di ISI.” Tambah pria berkulit sawo matang ini.

Sebagai ketua KLJI-Jakarta, Wawan berharap agar orang-orang tidak terpaku terhadap teknologi yang sudah ada. Sehingga dapat membuat atau menciptakan teknologi baru. Tujuannya agar tidak menjadi pengguna saja,tapi juga bisa menjadi penemu, serta menjadi guru bagi dirinya dan orang lain.

Tidak semua orang tertarik pada dunia fotografi. Tapi, yakinilah bahwa, setiap orang mempunyai rasa seni keindahan sesuai kapasitas individu itu masing-masing. Untuk itu, mari sama-sama kita menggali dan mengembangkan bakat maupun jiwa seni kita. Apabila dibenak sudah ada niat dan minat ingin berkembang, niscaya akan berkembang.