Diamma.com – Ocehan kasar Wadek I Fikom menjadi isu terhanggat minggu ini, khususnya di kampus Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama). Berawal dari opini yang disampaikan oleh mahasiswa Fikom di acara Indonesia Lawyers Club ( ILC ) yang bertemakan “Rokok: Antara bisinis dan kesehatan”
Permasalahan yang ada adalah, ketika opini seorang mahasiswa yang dihujat oleh seorang dosen yang sekaligus sebagai Wadek I Fikom. Dalam akun twitter miliknya @Bangipulneeh, menuliskan kritikan terhadap mahasiswanya dengan kata-kata kasar. Hal ini membuat banyak orang beropini terhadap masalah ini.
“Yang namanya mimbar akademik memang suatu kebebasan berpendapat dan berpernyataan, namun itu semua ada estetikanya, kalo memang mau kritik seharusnya tidak dipublik lah, secara estetika dunia kampus, kritik or kritik berada di dalam internal kamus. ujar alumni FISIP moestopo 2007 yang tak mau disebutkan namanya.
“Artinya kalo tidak setuju terhadap pendapat atau pernyataan seseorang, dengan siapa pun harus ada esteika dan moralnya, harus diselesaikan dengan cara-cara ilmiah juga,apalagi dia pejabat kampus,” tambahnya.
Ada juga tanggapan yang seperti ini, ”menurut saya yang jadi permasalahan adalah siapa? Si mahasiswa ini ataukah si dosen ini. Bisa juga dua-duanya salah, tapi disatu sisi mana nih tanggung jawab seorang dosen atau sang pengajar dalam menciptakan kapasitas sang intelektualnya,” ucap seorang alumni FISIP moestopo 2006.
”Tapi gw salut buat mahasiswanya mampu beropini, karena gak semua mahasiswa bisa beropini secara mendadak seperti itu, mesti di apresiasi juga apa yang di sampaikan oleh mahasiswa tersebut. Titik berat permasalahan ini ada di dosen tersebut, masa sih seorang dosen apalagi Wadek I bidang akademik mengatakan anak didiknya ‘GOBLOK’, harusnya seorang dosen berkaca sejauh mana iya bisa menciptakan kaum intelektualitas anak didiknya,” tambahnya.
“Yang di pertanyakan bukan kapasitas mahasiswa, karna mahasiswa bisa aja salah, namanya proses belajar. Tapi sang pengajar ini yang mempunyai posisi sebagai wadek I bidang akademik, kok ga bisa menciptakan mahasiswanya lebih kompeten. Solusi dari masalah ini harus ada kedewasaan dari kedua belah pihak. Karena ya gurunya saja seperti itu, wajar saja kalo muridnya pun seperti itu. Harusnya dia lebih bijak utuk menanggapi persoalan ini dan ada beban moral yang lebih dari sang dosen ini apalagi wadek I. Kalo murid wajar karena dia masih belajar,” tegasnya.
Dalam hal ini alumni moestopo mengatakan harapanya untuk permasalahan ini bisa di selesaikan dengan baik-baik dan jangan sampai terulang kembali hal-hal seperti ini. “Permasalahan ini di selesaikan baik-baik maksud dan tujuan berbicara seperti itu apa? Lalu ketidak setujuan dia dimana? Itu kan bisa di bicarakan, dan jangan berbicara kasar. Apalagi di jejering sosial itu kan dibaca publik, seharusnya gak perlu sampai segitu lah. Harusnya masukan – masukan yang lebih bersifat ilmiah bukan pernyataan kasar,” tutur seorang alumni FISIP moestopo 2007 saat di temui diamma.com.
Reporter: Erwin Tri Prasetyo
Editor: Frieska M