Perkembangan Warung Tegal di beberapa daerah memang cukup pesat. Pilihan makanan yang cukup beragam, dan harga yang relativ murah menjadi pertimbangan konsumen untuk memilih warung makan tersebut. Namun dari sisi permodalan, para pemilik warteg kerap kali lebih memilih bekerjasama dengan rentenir dibandingkan dengan bank, mengapa?
Diamma.com – Banyak tempat makan favorit yang bisa dipilih warga Jakarta untuk mengisi waktu makanya dengan harga murah, salah satunya ialah warung tegal (warteg).
Warteg biasanya menyediakan menu makanan yang beragam, dengan harga terjangkau,dan kepemilikannya bersifat pribadi dan bukan terorganisasi.
Warteg termasuk dalam kategori bisnis ekonomi mikro. Dalam hal pemodalan untuk pembangunan dan perkembangannya, kebanyanyakan warteg menggunakan jasa rentenir bukan bank.
Seperti halnya warteg Sari Rasa, warteg yang berlokasi di samping kampus Univ. Prof. DR. Moestopo (B) jalan Hang Lekir I ini, memilih rentenir sebagai pemberi modal. Meskipun rentenir mengambil keuntungan yang lebih besar dari pada bank, namun pemilik warteg mengaku jauh lebih mudah dan praktis dalam hal proses peminjaman uang.
“Sebenarnya lebih untung bank, hanya saja persyaratanya lebih rumit, harus diaudit segala. Prosesnya agak lama, jadi saya pilih rentenir karena praktis,” tutur ani (45) selaku pemilik Warteg Sari Rasa.
Alasan lain pemilik warteg menggunakan jasa rentenir ialah, persyaratan meminjam uang yang lebih mudah, cukup hanya mengisi formulir dan fotokopi KTP. Cicilan perharinya relatif rendah (Rp.10.000 – Rp.15.000), walaupun bunganya mencapai 30% – 50%.
Dari segi transaksi, rentenir langsung ke tempat nasabah. Apabila telat membayar, tidak mendapat teguran dari rentenir, tidak seperti di bank sudah jatuh tempo harus bayar.
Ini sangat tidak sesuai dengan sistem ekonomi pancasila, terutama apabila kita melihat pasal 33 ayat 1 dan 2. “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama bedasarkan asas kekeluargaan.” “cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasi oleh negara.”
Beberapa faktor mempengaruhi hal tersebut, sehingga mereka lebih memilih rentenir sebagai pilihan. Meskipun cicilanya rendah, tetapi rentenir mengambil bunga lebih besar ketimbang bank sendiri.
Reporter: Nadia Andryani / Fotografer: Nadia
Editor: Frieska M.