Diamma.com – Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 12 dan 13 Juni 2012, telah dilaksanakan ujian tertulis SNMPTN yang diadakan serentak di berbagai SMA di seluruh Indonesia.
Seperti yang kita tahu, SNMPTN adalah ujian yang ditempuh bagi para pelajar yang ingin menduduki bangku kuliah di Perguruan Tinggi Negeri(PTN). Hampir seluruh pelajar tahun akhir berbondong-bondong mengikuti ujian ini setiap tahunnya.
Ujian SNMPTN ini tidaklah gratis, dikenakan biaya hampir Rp200.000,- untuk setiap peserta. “Kalo IPS dan IPA itu Rp.150.000,- tapi kalo IPC Rp.175.000,- bayarnya,” ujar Nadiah salah satu murid SMAN 47 Jakarta yang telah mengikuti SNMPTN tahun ini. Baginya ujian SNMPTN ini sangat penting untuk mewujudkan impiannya, yaitu bisa kuliah di Universitas Airlangga Jurusan Kedokteran.
Tidak sedikit pelajar yang memiliki impian seperti Nadiah. Sebut saja Isa, salah seorang mahasiswa Universitas Indonesia Jurusan Ilmu Komunikasi ini mengaku puas dan bangga atas universitas tempat ia menuntut ilmu sekarang.
Setahun yang lalu Isa mengikuti SNMPTN dan mendapati dirinya diterima di Universitas Padjajaran Bandung, lalu ia pun tidak berhenti disitu saja, ia mencoba jalur mandiri agar bisa diterima di PTN lain, yaitu Universitas Indonesia. Satu tahun sudah berlalu dan kini Isa mencoba ujian SNMPTN lagi untuk menguji dirinya, “gue coba lagi buat tes kemampuan gue,” ujar Isa.
Meskipun begitu, tidak sedikit pelajar atau mahasiswa yang tidak terlalu ambil pusing mengenai hal ini, contohnya Ghita. Ghita yang merupakan mahasiswi Prasetiya Mulya Business School pernah mengikuti SNMPTN tahun lalu, dan tidak diterima. Tapi hal itu tidak menurunkan semangatnya, baginya PTN tidak bisa dijadikan jaminan atas kesuksesan seseorang, kembali lagi kepada mahasiswanya masing-masing.
“Apa yang kita jalanilah, yang menjadi penentu kita di masa depan,” ujar Ghita. Sayangnya tidak semua mahasiswa memiliki pikiran yang sama seperti Ghita.
Tidak sedikit pelajar yang beranggapan PTN adalah segalanya. Banyak pelajar yang rela meluangkan waktunya setahun demi mengikuti SNMPTN di tahun berikutnya atau bahkan rela keluar dari universitas yang didudukinya sekarang demi menduduki universitas negeri. Hal ini tentunya sangat disayangkan. “Kasian orangtua, udah buang-buang duit, buang-buang waktu, PTN kan bukan segalanya,” ujar Nadiah.
Sayangnya tidak semua orang beranggapan yang sama, begitu juga para orangtua. Tidak sedikit orangtua yang memaksa putra-putrinya untuk kuliah di PTN. Sungguh disayangkan bila pendidikan Indonesia terbentur oleh permasalahan seperti ini. Karena bagaimana pun kesuksesan seseorang ditentukan oleh bagaimana kita berusaha, bukan dimana ia berusaha.
Reporter: Fitriana Hidemi / Foto: Google doc.
Editor: Frieska M.