Semangat dalam mencintai budaya musik Indonesia adalah, modal dasar untuk mempertahankan segala bentuk prestasi yang telah terukir.

Komunitas Pencinta Musik Indonesia (KPMI), adalah wadah untuk bernostalgia bagi pencinta musik lawas. Peran KPMI cukup menarik, yakni ikut serta dalam menjaga dan melestarikan musik Indonesia.

Cikal bakal terbentuknya komunitas ini, berawal dari perkumpulan dua belas orang yang menyukai musik. “Berawal dari suka musik, band favorit saya boomerang dan rock sejenisnya, akhirnya saya ketagihan buat hunting kaset-kaset rock yang zaman dahulu,” kenang Didik Siswanto selaku ketua KPMI.

“Dan akhirnya terbesit ide dengan kawan-kawan untuk mendirikan suatu komunitas yang menyukai musik-musik Indonesia, khususnya musik lawas,” lanjutanya.

Perbedaan profesi dari para anggotanya, menjadi warna-warni di komunitas yang dibentuk pada Desember 2005 ini. Mulai dari karyawan, profesor, pilot, sampai ahli geologi, bersatu dalam visi misi yang sama, yakni melestarikan, serta memperkenalkan kembali lagu-lagu lawas kepada generasi muda, agar tidak terlupakan begitu saja.

Tidak banyak persyaratan yang dituntut untuk masuk komunitas yang telah menelurkan beberapa katalog dengan judul Musisiku 1 & 2 di tahun 2002. Cukup orang-orang yang mencintai musik Indonesia, serta loyalitas dalam berkontribusi melestarikan musik dalam negeri.

Perjuangan untuk hunting kaset, piringan hitam, dan sejenisnya begitu sulit. Selain mencari kaset-kaset di pasar loak, para anggota juga hunting sampai keluar daerah, dan harus bersaing dengan para pedagang serta kolektor yang juga menginginkan barang yang sama.

“Kesulitannya selain barangnya susah didapat, kami sendiri harus mengerti bagaimana cara yang efektif untuk mendapatkan koleksi tersebut,” ujar pria 37 tahun ini.

Kegiatan komunitas, yang sampai saat ini tercatat mempunyai kurang lebih seratus orang anggota pasif, dan lima puluh orang anggota aktif, ialah mencari koleksi dari grup musik Indonesia seperti Godbless, Koesplus, AKA, D’loyd dan masih banyak lagi, setelah itu di re-master dan pre-release.

Musik zaman dahulu dan sekarang.

Mem-flashback pandangan musik era 70-80an dengan kualitas musik zaman sekarang, menurut Didik kurang lebih tidak ada perbedaan yang signifikan. Tetapi jika kita cukup memperhatikan, jelas ada beberapa perbedaan, mulai dari kondisi sosial yang berkenaan dengan lirik.

Musisi zaman dahulu sangat meng-eksplore bahasanya, tidak jauh  dengan musisi zaman sekarang. Yang membedakan adalah proses pembuatannya.

Proses pembuatan musik zaman dahulu yang belum ditunjang teknologi, serta keaslian musik yang dilahirkan dari ide-ide brilian, dan pada akhirnya dapat menjadi legenda sepanjang zaman.

Reporter : Frieska M & Novriadji / Fotografer : KPMI dok.