Diamma.com – Tahun Baru China yang dikenal juga dengan Tahun Baru Imlek tentunya sudah tidak asing lagi bagi masyrakat Indonesia. Khsusunya pada masa pemerintahan Presiden RI ke-3, K.H Abdurahman Wahid (Gusdur).
Di masa pemerintahannya, Gusdur memberikan terobosan khusunya untuk masyarakat etnis Tiongkok khususnya dalam menghargai perayaan-perayaan besar masyrakat keturunan Tiongkok tersebut, misalnya seperti Tahun Baru Imlek.
Kue keranjang atau yang dalam bahas aslinya
disebut Nian Gao dan dalam dialek Hokkian disebut Ti Kwe. Kue yang menjadi khas saat imlek tersebut terbuat dari tepung ketan dan gula, serta memiliki tekstur yang kenyal dan lengket mirip dengan dodol.
Nian Gao dalam bahasa aslinya berarti “kue tahun baru”. Karena itulah hanya dibuat setahun sekali pada perayaan tahun baru imlek. Kue keranjang biasa disantap saat Imlek sebelum memakan nasi. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk pengharapan agar selalu beruntung dalam pekerjaan sepanjang tahun.
Biasanya kue keranjang disusun tinggi dan bertingkat, semakin tinggi bentuknya semakin kecil ini adalah simbol rezeki atau kemakmuran.
Dulu diatas tumpukan kue keranjang ditaruh kue mangkok berwarna merah, ini merupakan simbol yang menunjukan kehidupan yang manis semakin menanjak dan mekar seperti kue mangkok.
Kue keranjang ini biasanya ada sejak tujuh hari menjelang Imlek dan digunakan untuk upacara sembayang leluhur lalu dimakan hingga Cap Gomeh (Malam ke 15 setelah Imlek). Dalam kepercayaan Tiongkok, kue keranjang ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku agar membawa laporan yang baik kepada raja surga.
Selain itu kue keranjang yang berbentuk bulat juga bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek dapat terus bersatu dan bertekad bulat dalam menghadapi tahun yang akan datang.
Reporter : Amos Sury’el Tauruy / Foto : google
Editor : Rachma Putri Utami
(Dikutip dari berbagai sumber)