Diamma.com – Minggu (14/07/2013) lalu tepat sembilan tahun berkas Komnas HAM mengenai indikasi
kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Wasior dan Wamena, Papua yang dilakukan oleh aparat. Sayangnya, berkas tersebut tak pernah mengalami kemajuan. Bertepatan dengan itu, NAPAS (National Papua Solidarity) melakukan aksi damai lilin untuk Wasior dan Wamena di Bundaran HI, Jakarta guna melawan lupa atas kasus yang pernah terjadi tersebut karena dirasa tidak pernah ada perhatian khusus dari pemerintah.
Menurut Elias Petege selaku humas aksi damai NAPAS, berkas hasil penyelidikan Komnas HAM dimentahkan oleh Kejaksaan Agung karena dianggak tidak memiliki cukup bukti untuk diperkarakan. Sementara itu, pihak Komnas HAM sendiri merasa telah melaksanakan apa yang diamanatkan oleh Undang-undang sehingga menganggap tugasnya telah usai.
Melalui momentum aksi damai sembilan tahun penyidikan pelanggaran ini, NAPAS berharap agar dibentuk tim khusus guna menyelidiki dan menyelesaikan kasus pelanggaran kemanusiaan yang terjadi di tanah Papua. Elias pun berharap agar apa yang menjadi hak-hak korban sebagai warga negara dapat dipenuhi.
Bukan hanya di Jakarta, aksi damai juga berlangsung di beberapa kota di Indonesia, bahkan hingga luar negeri. Elias menjelaskan, “aksi ini adalah aksi serentak di dalam dan luar negeri. Untuk di Jawa – Bali aksi dilakukan di Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Salatiga, Jombang (di makam alm. Gusdur) dan Surabaya. Untuk di Papua sendiri aksi dilakukan di tiga tempat, yaitu Kabupaten Sorong, Manokwari, dan Kota Jayapura. Sementara itu, di luar negeri aksi dilakukan di tiga negara, yaitu Manila oleh Solidaritas Perempuan Filipina, Australia oleh mahasiswa – akademisi Papua dan Indonesia yang berada di sana, serta Amsterdam. Dengan tuntutan yang sama, kasus Wasior dan Wamena harus diselesaikan.”
Di Bundaran HI sendiri, diikuti oleh
lebih dari 300 orang yang terdiri dari Politik Rakyat, Solidaritas Buruh, Perempuan Mahartika, NAPAS, serta BEM dari Universitas se-Jakarta. Aksi yang berlangsung tertib tersebut diakhiri dengan doa.
Reporter : Amos Sury’el Tauruy/ Fotografer: Amos Sury’el Tauruy
Editor: Dila Putri