Diamma.com- Saat ini di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pentingnya lakukan riset sosial demi menjaga daya beli masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Pernyataan tersebut dikatakan oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto saat menjadi keynote speaker di Konferensi Nasional Konsorsium Publikasi Bidang Ilmu Sosial.
“Di dalam masa pandemi ini riset sosial ekonomi diperlukan guna membantu pemerintah memahami perilaku dan seluruh aktor dalam perekonomian yang terdisrupsi akibat adanya pandemi Covid-19,” katanya pada Rabu (28/7) dalam konferensi tersebut.
Airlangga juga mengatakan ilmu sosial memiliki peran penting sebagai dokumen dan memberikan rekomendasi tentang bagaimana masyarakat merespons dan mengatasi pandemi ini. Hal itu dikarenakan selama pandemi berlangsung, banyak pihak melihat dalam merespons pendemi ditekankan pada pendekatan medis yang melihat pembatasan gerak masyarakat sebagai salah satu alat utama. Padahal di sisi lain, ada pelaku ekonomi yang memiliki fokus untuk menghindari agar masyarakat kehilangan penghasilan.
“Sehingga tentu balance antara penanganan Covid-19 untuk kesehatan dan juga kesempatan masyarakat untuk mendapatkan penghasilan,” ujarnya.
Selain itu, perilaku manusia seringkali bertentangan dengan standar dan modeling ilmu pasti yang rasional. Sebagai contoh terjadinya panic buying, terutama memborong tisu pada saat lockdown awal di berbagai negara.
“Di sinilah ilmu sosial penting untuk memberi alasan yang tepat dan agar mencegah masyarakat tidak panik untuk menghadapi situasi krisis yang tidak pernah terjadi ini,” tambahnya.
Kegiatan acara yang diinisiasi oleh Konsorsium Publikasi Ilmiah Bidang Ilmu Sosial dengan Universitas Nasional sebagai Host dan juga turut dukungan dari UKI, Universitas Bakrie, Universitas Binus, Universitas Pelita Harapan, Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) terhadap pentingnya ilmu sosial di masa pandemi Covid-19 ini.
Sejalan dengan pernyataan Menko di atas, Rektor Universitas Nasional, Dr. Drs. El Amry Bermawi Putera, MA. menilai kondisi pandemi kali ini menjadi tema untuk dikaji dari sudut pandang ilmu sosial. Karena dengan semakin banyaknya penelitian, akan semakin meningkat pula pengetahuan masyarakat umum.
Adapun acara ini berlangsung secara hybrid; luring dan daring, Rabu (28/7) ini bertujuan untuk memfasilitasi pertukaran informasi mengenai pengetahuan dan peradaban serta budaya, memberikan pengetahuan tentang perkembangan sosial, politik dan komunikasi saat ini, dan memberi kesempatan kepada peneliti juga akademisi untuk memperluas hasil temuannya kepada masyakat. Urgensi publikasi ini akan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Konferensi Internasional pada 24-25 November 2021.
Menurut pandangan Prof Arry Bainus dilihat dari kacamata hubungan internasional, ia menyatakan saat ini di dunia terlebih di bidang kesehatan sedang mengalami kesulitan adanya pandemi Covid-19. Meski begitu, menurutnya Indonesia mempunyai peluang dalam kerja sama global dalam hal penanggulangan Covid-19.
Sehingga, diplomasi kesehatan dan diplomasi vaksin harus ditingkatkan mengingat ”angka infeksi dan kematian” di Indonesia cukup tinggi. Indonesia pun mempunyai peluang dalam memenuhi kebutuhan dan penyediaan alat-alat kesehatan, obat dan vaksinasi melalui kerja sama internasional dengan pihak luar negeri mengingat Indonesia mempunyai industri farmasi dengan jaringan global.
Sementara itu, Prof Syarif Hidayat selaku Dosen Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional menggambarkan dari politik domestik, kehadiran pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020 yang lalu, telah menyodorkan pelajaran yang sangat berharga bagi Indonesia. Dikarenakan secara nyata telah menguji apakah Lembaga Demokrasi di Indonesia, utamanya Partai Politik, Lembaga Perwakilan, dan Birokrasi, telah menunjukkan “jati diri dan kapasitasnya” dalam menginisiasi maupun implementasi program penanggulangan Covid-19 yang meresahkan tersebut. Realitas mengindikasikan bahwa tiga lembaga demokrasi tersebut cenderung terlihat hanya “nyata dalam struktur”, tetapi “tidak kentara dalam fungsi”.
Sementara itu dalam pemaparannya, Rektor Universitas Moestopo, Prof. Dr. Rudy Hardjanto mengatakan situasi pandemi ini menjadi momentum memperkuat solidaritas, konektivitas dan kreativitas.
“Covid-19 menjadi musuh bersama bagi semua umat manusia. Tidak seperti pergolakan masa lalu yang melibatkan konflik antar manusia di kedua sisi yang bermusuhan, sekarang umat manusia melawan virus,” ungkapnya.
Rudy juga menambahkan bahwa situasi saat ini adalah perang dan umat manusia semua bersatu dalam tujuan yang sama untuk mengalahkan Covid-19.
Penulis: Rahma Angraini
Editor: Donny Alamsyah