Penyelenggaraan Vaksinasi Covid-19 Gotong Royong perdana di pabrik PT Unilever Indonesia, ditinjau langsung oleh Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi), Selasa (18/5/2021).
Foto: Dok. YouTube Sekretariat Negara

Diamma.com- Vaksin Gotong Royong merupakan buatan Sinopharm hasil impor vaksin, di mana vaksin yang diimpor tersebut berbentuk bahan baku ke Indonesia, kemudian diolah oleh PT Bio Farma (Persero) untuk dijadikan vaksin jadi. Dengan itu, harga vaksin ini lebih mahal dibandingkan dengan vaksin gratis pemerintah lainnya, dibanderol sebesar Rp 321.660 per dosis sedangkan tarif maksimal layanan sebesar Rp 117.910 per dosis. 

Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan bahwa PT Bio Farma mengusulkan harga vaksin Gotong Royong dilihat berdasarkan struktur dan komponen penyusun harga vaksin. Misalnya, biaya pembelian vaksin, biaya transportasi, biaya penyimpanan vaksin, biaya pemeriksaan kualitas, dan lainnya. Selebihnya, harga tersebut ditetapkan oleh Kemenkes.

“Ada banyak komponennya, lalu ini kami sampaikan ke BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Kemudian di-review oleh BPKP, ini tidak hanya untuk vaksin Gotong Royong tapi untuk vaksin pemerintah pun sebelum ada penetapan harga dari Kemenkes, itu di-review oleh BPKP, jadi selalu seperti itu,” jelasnya.

Melansir dari CNN Indonesia, setelah harga vaksin tersebut di-review oleh BPKP, selanjutnya BPKP mengajukan penetapan harga wajar tanpa margin ke Kemenkes. Kemudian, kemenkes meninjau dan memberikan tambahan margin keuntungan bagi perusahaan.

“Ini yang nanti jadi kewenangan di Kemenkes, di mana usulan dari BPKP ini plus margin, ini yang jadi keputusan harga final untuk vaksin. harga ini sudah jadi pertimbangan BPKP dan Kemenkes untuk memberi margin dengan harga yang wajar,” tutup Honesti.

Penulis: Rianty Danista
Editor: Donny Alamsyah