Petugas melakukan pengasapan atau fogging untuk memutus siklus hidup nyamuk aedes aegypti penyebab terjadinya demam berdarah (DBD) di pemukiman warga Kelurahan Kepanjen, Jombang, Jawa Timur, Jumat (16/1)Diamma.com – Jumlah daerah di Jawa Timur yang ditetapkan sebagai daerah berstatus kejadian luar biasa demam berdarah dengue (KLB DBD) kini bertambah. Dinas Kesehatan Pemprov Jatim mencatat sedikitnya 2.557 kasus sejak awal Januari 2015. “Meningkat 155,3 persen dibandingkan bulan yang sama di tahun 2014. Pada bulan Januari 2014, jumlah penderita sebanyak 980 kasus,” ujar Harsono yang menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Jatim.

Kabupaten yang menyandang status KLB DBD antara lain Jombang, Banyuwangi, Probolinggo, Kediri, Sumenep, Pamekasan, Nganjuk, Jember, Bondowoso, Trenggalek, Mojokerto, Madiun, Magetan, Ponorogo, Lamongan, Tulungagung, Kota Kediri, Pasuruan, Ngawi, Pacitan, dan Bangkalan.

Dari beberapa kabupaten tersebut, terdapat lima daerah yang memiliki jumlah kasus terbanyak yaitu Kabupaten Sumenep dengan 380 kasus, Kabupaten Jember 270 kasus, Kabupaten Pacitan 198 kasus, Kabupaten Bondowoso 180 kasus, dan Kabupaten Bangkalan 160 kasus.

Harsono juga menyampaikan bahwa selain lemahnya kesadaran mengenai kebersihan lingkungan, faktor cuaca juga berperan besar dalam kejadian itu. Menurut Harsono, intensitas hujan yang fluktuatif di Jawa Timur saat ini menyebabkan populasi nyamuk tinggi termasuk di antaranya jenis aedes aegypti.

Tidak hanya itu, menurut Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda Bambang Setiajid bahwa angin yang bergerak cepat dari arah barat ke barat laut lalu menyebar ke timur mendukung perkembang biakan nyamuk. Bambang melaporkan kecepatan maksimum angin di Jawa Timur saat ini dalam kisaran 14-22 knot.

Pemerintah Jawa Timur sudah melakukan langkah preventif dengan membagikan abate dan sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk. Untuk daerah yang sudah terjangkit, Dinas Kesehatan Jawa Timur berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan kabupaten dan kota untuk memberikan penanganan medis. Pemberian abate dan foging juga dilakukan jika diperlukan.

Namun, hal yang lebih penting adalah partisipasi masyarakat untuk menggalakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan teknik 3M. Yaitu menguras, mengubur dan menutup. Keberadaan foging pun dinilai tidak efektif untuk memberantas nyamuk. Sebab, foging hanya membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan telur dan jentik masih bisa hidup dan cepat berkembang dalam 3-4 hari.

Harsono mengatakan hingga per tanggal 1 Februari 2015, jumlah kasus telah mengalami kenaikan dibanding periode yang sama pada 2014. Adapun kasus fatal menimpa 52 orang atau meningkat 577,7 persen.

 

Reporter : Hana Nur Fadhilah / Foto: http://img.okeinfo.net

Editor : Rosa Febryanty Razak

(dikutip dari berbagai sumber)