Diamma.com – Batik yang merupakan warisan leluhur Indonesia, dewasa ini persaingan, khususnya dalam hal penjualan begitu ketat.
Banyaknya pengrajin batik yang berada di daerah Pekalongan semakin menambah sengitnya persaingan, belum lagi di daerah lainya. Sehingga dibutuhkan kreatifitas dan keuletan agar menjaga eksistensi batik di pasaran.
Inovasi model batik telah banyak dilakukan, salah satunya model batik jeans, yang kini menjadi sasaran utama bagi para pengrajin batik.
Baju batik diolah sedemikian rupa, sehingga pakaian ini sangat casual bagi kaum muda. Pemilihan bahan jeans bukan tanpa alasan, hal ini bertujuan agar dapat dipakai dalam segala kesempatan, baik formal maupun semi formal.
Menurut Yeni, seorang pemilik toko “batik haye”, perubahan model dari bahan katun menjadi bahan jeans dilakukan, guna menggairahkan pangsa pasar.
Sudah dua tahun ia menggeluti produk barunya, serta mencoba untuk mengenalkan ke berbagai daerah di Indonesia bahkan sampai keluar negri. “Dari segi pembuatan batik jeans memang lebih sulit, tapi kalau sudah tahu selahnya, satu minggu juga bisa jadi satu batik,” ujar Yeni saat ditemui diamma.com.
Tidak hanya baju, batik jeans juga diolah menjadi sandal, tas, jaket, dan lainnya. Untuk kemeja jeans dibandrol mulai dari harga Rp350.000 – Rp450.000 per item.
Inovasi batik jeans ternyata pernah dipamerkan di event internasional seperti Indonesian Fashion Week (Hongkong dan Singapore). Untuk event nasionalnya, batik jeans dipamerkan di Inacraft dan Pekan Raya Jakarta (PRJ).
“Saya ingin kaula muda bisa pakai batik yang casual dan trendi, semoga batik tetap dicintai di negeri sendiri,” harap Yeni.
Reporter : Erwin Tri Prasetyo / Fotografer : Albastha R
Editor : Frieska Maulidyah