Pencemaran udara yang terjadi akhir-akhir ini memang sangat mengkhawatirkan. Terlebih dampak pemanasan global terhadap kehidupan sehari-hari kita sungguh sangat terasa.
Oleh Kharizma / Foto: Ist
Global Warming menjadi isu yang paling menarik diperbincangkan saat ini. Tidak hanya menjadi topik hangat di surat kabar, para pembuat film pun menggunakan tema ini untuk misi sosial mereka. Global warming memang berbahaya bagi kesehatan bumi dan salah satu faktor yang membuat banyak warga masyarakat bahkan pemerintah di seluruh dunia mulai mengantisipasi masalah ini.
Contohnya, dari tanggal 7 – 17 Desember lalu di Kopenhagen, Denmark digelar Konferensi tentang Perubahan Iklim atau UNFCCC yang tujuannya tentu saja membahas masalah perubahan iklim dan Lingkungan Hidup. Tidak hanya lapisan pemerintah dunia maupun nagara kita, lingkungan kampus pun mulai peduli dengan masalah Global Warming. Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) sendiri tidak ketinggalan untuk menelaah fenomena Global Warming.
Bapak Ngadiono, selaku Kepala Biro III Rektorat mengakui bahwa sudah cukup banyak upaya yang dilakukan oleh Rektorat untuk menanggapi masalah perubahan iklim. Di antaranya melakukan gerakan penanaman pohon dan bersepeda sehat. Hal ini dilakukan dalam rangka usaha yang dilakukan pihak rektorat untuk mengurangi Polusi dan melindungi lingkungan.
Tidak hanya masalah dunia seperti global warming, dalam permasalahan negeri sendiri, Pak Ngadiono mengakui bahwa untuk mengatasi banjir, pihak Rektorat sudah berulangkali mengimbau mahasiswa untuk tidak membuang sampah ke sungai. Kepedulian terhadap korban banjir juga ditunjukkan, seperti dengan mengirim lembaga-lembaga di kampus untuk memberikan kepedulian mereka berupa bantuan dalam berbagai bentuk.
Misi kedepannya, UPDM(B) akan mengusahakan membangun taman, sehingga penghijauan di kampus ini akan bertambah dan mahasiswa bisa lebih fresh dalam belajar dengan menambah jumlah pohon agar terlihat lebih teduh.
Pandangan Mahasiswa
Tidak hanya Rektorat, mahasiswa pun khususnya dari kalangan Lembaga juga menyatakan kepedulian mereka pada masalah ini. ”Kami dari FE sudah berbuat cukup banyak dalam mengkampanyekan kampus hijau seperti dengan menanam pohon dan menganjurkan mahasiswa FE untuk membuang sampah pada tempatnya. Selain itu, rencana kedepannya senat FE ingin membuat acara musik dengan tema go green ,” ucap Anty, selaku perwakilan Senat FE.
Berbeda dengan Anty, Senat FISIP menyatakan bahwa sampai saat ini memang masih belum punya rencana untuk menanggapi masalah lingkungan hidup. ” Senat FISIP punya rencana menanam tanaman Hidropolik, dimana tanaman ini berfungsi untuk mencegah banjir di Jakarta. Dan diperjuangkan dalam waktu yang tidak lama lagi,” jelas Rian.
Sementara Ogi perwakilan dari UKM Agrawitaka, mengungkapkan kekecewaannya kepada rektorat yang masih kurang dalam upaya penghijauan.Namun, pria berkulit putih ini juga mempertanyakan kepekaan Civitas Akademika Moestopo yang dianggap kurang peduli pada isu lingkungan hidup. Ia mengungkapkan bahwa, selama ini hanya Agrawitaka saja yang menjadi tumpuan atau garda depan dalam masalah lingkungan hidup.
”Ini adalah masalah bersama dan harusnya seluruh civitas akademika terutama teman-teman lembaga, seperti senat, BPM, UKM dan WKM juga harus aktif dan terlibat dalam masalah ini, sehingga impian menjadikan Moestopo sebagai Green Campus bukanlah angan belaka,” tutup pria yang menekuni jurusan Administrasi Negara.
Kekecewaan pada Universitas juga diutarakan Leo Fikom 2007. Dia menganggap kampus menomorduakan fasilitas lingkungan hidup, dilihat dari lahan taman yang sempit dan kurang berpengaruh. selain itu, dia juga menyayangkan mahasiswa yang sering merokok tidak pada tempatnya. ”Seharusnya yayasan tuh bikin smoking room supaya mereka yang Gak Ngerokok tidak terkena dampaknya,” ucap Leo.
Perubahan itu memang bukan lah perihal yang mudah. Namun perubahan itu baiknya dimulai dari diri kita sendiri. Seperti yang pernah diucapkan oleh Michael Jackson yaitu I’m Started With A Man In The Mirror. Jadi, ayo lakukan perubahan.