Dahlan Iskan (Foto: Suarajakarta.com)

Diamma.com – Siapa yang tidak kenal dengan Dahlan Iskan? Sosok fenomenal ini sering menjadi bahan perbincangan publik. Tidak sedikit orang yang menghujat Menteri Negara BUMN ini, namun tak sedikit juga yang memujanya.

Tapi siapa yang sangka jika Dahlan Iskan lahir dan dibesarkan oleh keluarga miskin?

Dahlan Iskan lahir di Dusun Kebondalem, Desa Tegalarum, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Semasa hidupnya, Dahlan tidak pernah tahu kapan tanggal lahirnya. Maka, ia memutuskan untuk memilih tanggal 17 Agustus 1951 sebagai tanggal lahirnya dengan alasan agar mudah diingat.

Dahlan Iskan memang sudah terbiasa bekerja keras sejak ia masih kecil. Itu dibuktikannya saat  masih duduk di bangku sekolah.  Ia sering bekerja nguli nyeset atau menyabut daun tebu yang menguning di kebun tebu dekat rumahnya. Itu semua dikerjakannya untuk membantu keluarganya yang miskin. Kelaparan merupakan hal yang sudah biasa dirasakan olehnya. Tak jarang perutnya diikat oleh sarung agar rasa lapar yang dirasakannya hilang.

Dahlan kecil mengawali pendidikan sekolah dasarnya di Sekolah Rakyat. Setelah lulus dari Sekolah Rakyat, Dahlan berniat untuk melanjutkan sekolahnya di SMP Magetan. Namun keinginannya tidak disetujui oleh Bapaknya. Akhirnya, atas keinginan Bapaknya ia meneruskan pendidikan Tsanawiyah di Pesantren Sabilil Muttaqien.

Pada saat masih duduk di bangku Tsanawiyah, Dahlan harus rela kehilangan Ibunya, Lisna, yang wafat pada tanggal 21 Maret 1963.

Sewaktu remaja, Dahlan juga sudah memiliki prestasi yang membanggakan. Itu dibuktikannya dengan menjadi santri dengan predikat nilai terbaik ketika masih duduk di kelas dua Tsanawiyah. Selain itu, ia juga menjadi kapten tim voli Tsanawiyah Pesantren Sabilil Muttaqien saat menjuarai kejuaraan bola voli se-Kabupaten Magetan.  Lulus dari Tsanawiyah, Dahlan melanjutkan pendidikan Aliyah di Pesantren Sabilil Muttaqien.

Sewaktu kecil, Dahlan memiliki mimpi yang unik. Tidak seperti anak yang lain, Dahlan bermimpi ingin memiliki sepatu. Karena tak mampu membelinya, Dahlan harus jalan kaki ke sekolah tanpa alas kaki sejauh 6 km. Hal ini ia rasakan ketika masih kelas satu Tsanawiyah hingga kelas 2 Aliyah.

Pertama kalinya Dahlan memiliki sepatu ketika duduk di bangku 2 Aliyah. Uang yang ia pakai untuk membeli sepatu diperolehnya dari hasil melatih tim voli anak-anak pengelola kebun tebu di sekitar kampungnya. Sepatu pertamanya kala itu hanya sepatu bekas yang bolong. Sehingga ujung jempolnya bisa muncul dan terlihat keluar sewaktu-waktu.

Kesederhanaannya masih terlihat hingga sekarang.  Sepatu kets yang ia pakai sehari-hari ketika bekerja telah menjadi ciri khas mantan Dirut PLN yang satu ini.

Dahlan juga berpesan bahwa hidup dalam kemiskinan tidak perlu dibuat menderita.  ”Hidup, bagi orang miskin, harus dijalani apa adanya,” kata Dahlan Iskan seperti yang dikutip oleh Khrisna Pabichara dalam bukunya Sepatu Dahlan.

Referensi: Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara

Tulisan Dikirim Oleh : Fajar Yulianto*

*Mahasiswa Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)