Diamma – Mulai 1 September 2010, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) menerapkan peraturan baru di dalam kampus yang membuat gerah para pecandu rokok.Pasalnya, mulai tanggal tersebut larangan rokok di dalam kampus mulai diberlakukan.

Pro kontra pun timbul terutama di kalangan mahasiswa. Sebagian  menyambut baik peraturan baru tersebut karena menganggap pelarangan merokok di lingkungan kampus akan membuat suasana lebih bersih dan sehat karena bebas asap  dan puntung rokok.

Suci mahasiswa Fikom 2009 misalnya, menilai pelarangan tersebut sudah sepatutnya diberlakukan untuk mendukung kampanye anti rokok khususnya pada generasi muda.

“Gue setuju ada larangan keras merokok di kampus, itu bagus. Kampus jadi kelihatan sehat dan bersih. Larangan merokok di kampus mengurangi spot perokok untuk merokok. Ini langkah awal untuk hidup bebas rokok. Kalau yang tua susah disetop paling tidak  generasi penerusnya bisa menjadi lebih baik tanpa rokok,” ujar Suci Mahasiwi Fikom 2009.

Senada dengan Suci, mahasiswi lain, Nia, senang pihak kampus ikut merealisasikan Perda No 2 Tahun 2005 yang berisi larangan merokok di tempat umum dan instansi pendidikan itu.  Selama ini menurut dia sering dijumpai orang yang tidak memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatan dan kebersihan kampus. Mereka seenaknya merokok sembarangan, yang tentunya menganggu orang lain yang tidak merokok.

“Kalau Enggak dilarang semakin banyak mahasiswa yang merokok sembarangan di kampus misalkan di lorong kelas,” ujar Nia, mahasiswi FE 2009 ini.

Sementara itu Dimas Rizky yang ditemui Diamma beberapa waktu lalu, punya pendapat lain.Menurutnya, tidak tepat membuat alasan kebersihan untuk melarang orang merokok di dalam kampus.Alasannya, kampus sudah memiliki petugas kebersihan yang tugasnya membersihkan ruangan dari sampah termasuk abu dan puntung rokok.

“Gue enggak setuju ada larangan merokok di kampus. Fungsinya OB (office boy) apa kalau begitu? OB kan buat membersihkan ruangan termasuk dari abu dan puntung rokok,” kata Rizky.

Menurut mahasiswa Fikom 2009 ini, sulit bagi perokok seperti dirinya menghentikan kebiasaan menghisap asap tembakau. Mahasiswa lain, Teguh, mengakui larang merokok di dalam kampus akan membuat dirinya pusing tujuh keliling karena terpaksa harus menahan hasrat merokoknya selama di dalam kampus.

“Ah gila dah kalau enggak boleh merokok di kampus. Kan asem banget tuh kalau habis makan nggak bisa merokok. Apalagi kalau habis ujian kepala stres ditambah enggak ada rokok,” ujar Teguh Mahasiswa Fikom 2010  sambil tertawa.(Fariz Afif Sudrajat)