
Diamma.com – Buat sebagian dari kita Pancasila mungkin cuma sekedar mampir di buku paket, hafalan sekolah, atau pidato upacara sekolah yang kedengarannya formal banget. Tapi, pernah ga sih kita sadar kalau ada salah satu lembaga negara yang punya tugas mulia untuk menjaga ideologi Pancasila sekaligus memastikan nilai-nilainya itu hidup, bukan sekedar jadi slogan di dinding aula kampus ataupun spanduk upacara melainkan sebagai nadi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Inilah BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) yang berdiri lewat Perpres No. 7 Tahun 2018 sebagai wujud transformasi dari Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP). Ia menempatkan Pancasila sebagai pijakan utama kebijakan nasional, serta hadir untuk membina dalam arti benar-benar menjaga agar nilai-nilai seperti keadilan sosial, kemanusiaan, dan persatuan tetap masuk dalam nilai hidup masyarakat Indonesia. Termasuk kita, anak muda.
BPIP itu semacam creative director bangsa. Mereka membantu Presiden merancang kebijakan juga pembinaan ideologi yang mengakar pada nilai-nilai Pancasila; melakukan koordinasi, sinkronasi, dan pengendalian pembinaan Pancasila di semua lembaga negara dan masyarakat; serta menyusun materi ajar pendidikan Pancasila dari SD hingga kampus, sekaligus memberi “filter” ketika ada regulasi atau kebijakan yang berpotensi melenceng dari nilai dan norma Pancasila. Singkatnya, BPIP ini merumuskan strategi nasional pembinaan Pancasila, mengawasi implementasinya di seluruh lini, dan menjadi pusat pengembangan materi ajar serta pelatihan pancasila.
“Kalau cuma hafal sila pertama sampai kelima tapi nggak ngerti maknanya dalam hidup sehari-hari, Pancasila bisa mati gaya.”
(Catatan Redaksi Diamma)
Mengapa Pancasila Urgent Buat Generasi Muda Saat Ini?
Data dari BIN (Badan Intelijen Negara) bilang, 85% anak muda Indonesia rentan terpapar radikalisme. Artinya, di tengah kemudahan scroll dan click, banyak yang tanpa sadar mulai percaya sama ideologi ekstrem yang jauh dari nilai kemanusiaan. Bayangin, yang harusnya jadi motor penggerak masa depan, justru malah jadi target paling gampang buat disusupi paham berbahaya. Belum lagi soal media sosial. Indonesia adalah salah satu negara dengan pengguna medsos terbesar di dunia 167 juta lebih. Tapi sayangnya, angka gede itu nggak selalu dibarengi sama literasi digital yang kuat. Ujaran kebencian, hoaks, sampai konten provokatif udah kayak makanan sehari-hari. Di sinilah Pancasila seharusnya hadir, bukan sebagai slogan, tapi sebagai filter moral biar kita tetap waras dan nggak ikut-ikutan nyebar kebencian.
Karena identitas nasional kita semakin blur. Bukan salah sih kalau kamu ngefans banget sama artis Korea atau lebih sering dengerin lagu luar dibandingkan lagu daerah. Tapi kalau sampai lupa budaya sendiri, cuek sama sejarah bangsa, bahkan nggak tahu siapa pahlawan di balik kemerdekaan bukannya itu tanda bahaya, seakan kehilangan akar bangsa sendiri.
Bagaimana Bikin Pancasila Tetap Relevan di Era Digital?
Oke, kita tahu Pancasila penting. Tapi jujur saja cara penyampaiannya selama ini kadang bikin ngantuk. Terlalu formal, terlalu normatif, dan terlalu jauh dari realitas hidup anak muda. Nah, BPIP tahu soal ini. Mereka sadar bahwa generasi sekarang nggak bisa didekati dengan cara zaman dulu. Harus ada pendekatan baru: yang fun juga kreatif.
Pertama-tama, mereka mulai bikin konten digital yang relate. Mulai dari video pendek ala TikTok, infografis warna-warni, konten interaktif yang selipin pesan-pesan Pancasila. Jadi nggak melulu soal pidato atau teks panjang tapi visual, cepat, dan engaging.
Kedua, kolaborasi jadi senjata utama. Kita ngajak komunitas kreatif, influencer, bahkan mahasiswa buat jadi agen penyampai nilai. Kenapa? Karena kadang, pesan dari teman sebaya jauh lebih didengar daripada dari podium. Lewat cara ini, Pancasila jadi akrab, bukan terasa menggurui.
Ketiga, mereka juga masuk ke hal-hal konkret. Bukan cuma ngomongin idealisme, tapi bikin program nyata kayak gerakan anti-bullying, pelatihan entrepreneur muda yang berbasis keadilan sosial, sampe proyek lintas iman yang ngegandeng mahasiswa dari berbagai latar belakang buat kerja bareng. Ini bukan cuma nilai di atas kertas, tapi Pancasila yang benar-benar hidup dan terimplementasi di lapangan.
Dan yang nggak kalah penting itu ngebangun pola pikir kritis. Di zaman post-truth kayak sekarang, kemampuan untuk bedain mana fakta dan mana hoaks itu penting banget. Di sinilah Pancasila hadir bukan cuma buat jadi hafalan, tapi jadi kompas moral biar kita bisa tetap waras dan adil di tengah banjir informasi.
Penulis: Rizky Surya Putra
Editor: Rizky Surya Putra