Diamma.com- Dalam rangka menyambut tahun baru Islam 1 Muharram 1442 Hijriah yang bertepatan pada Kamis (20/8). Umat muslim di Indonesia merayakannya dengan berbagai tradisi unik yang memadukan unsur agama dan budaya setempat.
Tradisi tahun baru Islam ini dilakukan menjelang pergantian tahun, saat pergantian tahun, dan juga setelah pergantian tahun. Tahun baru Islam merupakan hari peringatan hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.
Berikut tradisi unik menyambut tahun baru Islam di berbagai daerah di Indonesia :
- Tradisi 1 Suro Kirab Kebo Bule
Tradisi yang disebut 1 suro di beberapa daerah Jawa ini berawal dari Sultan Agung menyebarkan Islam melalui pemaduan ajaran dengan tradisi Jawa. Di Keraton Surakarta, Solo, Jawa Tengah setiap tahunnya mengadakan perayaan 1 Suro dengan menggelar Kirab Kebo Bule yang berarti iring-iringan dengan menggunakan kerbau. Kerbau sendiri memiliki makna yang penting dalam sejarah Keraton Surakarta
- Mubeg Beteng
Tradisi ini merupakan simbol refleksi dan instropeksi diri orang Jawa pada malam 1 Suro yang dirayakan di Yogyakarta. Dalam pelaksanaannya dilakukan oleh ratusan abdi dalem mengelilingi Keraton Yogyakarta dan diikuti oleh warga. Selama mengelilingi keraton, mereka harus melakukan tapa bisu (tidak berbicara atau bersuara) serta tidak makan, minum, atau merokok dan jarak yang ditempuh kurang lebih lima kilometer.
- Upacara Tabot
Tradisi berikutnya berasal dari Bengkulu, upacara tabot namanya. Upacara ini dirayakan oleh masyarakat Bengkulu untuk mengenang kepahlawanan serta meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali Abu Thalib.
Upacara ini terpengaruhi oleh upacara Karbala di Iran. Upacara Tabot sudah ada sejak tahun 1685 dan dilakukan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal juga sebagai Imam Senggolo. Masyarakat percaya, apabila perayaan tahun baru islam ini tidak mereka selenggarakan maka musibah dan malapetaka akan menimpa mereka.
- Tabuik
Di Pariaman, Sumatera Barat, orang menyambut tahun baru Islam melalui gelaran upacara Tabuik atau Tabut. Tradisi ini memperingati hari Asyura pada 10 Muharram. Upacara ini dilakukan untuk mengenang gugurnya Imam Husain Cucu, Nabi Muhammad SAW. Upacara serupa juga terdapat di Bengkulu yang dikenal dengan Tabot.
Tabuik diambil dari bahasa Arab yang berarti peti kayu. Di Pariaman sendiri, tabuik menyerupai patung buraq, seekor kuda bersayap dengan kepala perempuan. Terbuat dari bambu, rotan, dan kertas serta pada punggungnya, terdapat peti yang berisi perhiasan dekoratif dan payung.
Biasanya Tabuik dilakukan dari 1 Muharram hingga 10 Muharram. Pada 10 Muharram, tabuik diarak dan dibuang ke laut.
- Ledug Suro
Tradisi Ledug Suro di Magetan dalam menyambut tahun baru Islam adalah dengan ritual Ngalub Berkah Bolu Rahayu yang dipercaya dapat membawa rejeki. Ledug Suro dilaksanakan mulai dari satu minggu sebelum tahun baru Islam dan tahun baru Jawa.
Tradisi ini dilakukan dengan lomba lesung bedhug yang diikuti masyarakat sekitar serta dimeriahkan dengan acara lain seperti tari tradisional jalak lawu, wayang kulit, reog, dan lainnya.
Selain itu, diakhiri dengan kirap atau membawa roti bolu dalam bentuk lesung dan bedhug di tengah kota Magetan. Acara Ledug Suro dilakukan sebagai ucapan syukur kepada Allah SWT atas berkah dan rejeki yang telah diberikan kepada rakyat Magetan.
Penulis: Sarah Nurzakiah
Editor: Rahma Angraini