Perwakilan dari Ditjen Imigrasi yang menghadiri acara diskusi di Kantor Facebook Indonesia. Foto: diamma.com/AdhyastaDirgantara.

Diamma.com – Di era serba teknologi ini, media sosial menjadi salah satu komponen penting. Pasalnya, mulai dari komunitas hingga lembaga pemerintahan selalu mengandalkan media sosial seperti Facebook, Instagram, serta WhatsApp sebagai alat publikasi mereka.

Bukan sekadar publikasi, mereka juga memaksimalkan Facebook dan kawan-kawan untuk menjual produk, ataupun dijadikan sarana pengaduan. Salah satunya adalah tim perumus komunitas program pertukaran pelajar SabangMerauke.id,Ayu Kartika Dewi.

Kala itu, SabangMerauke menyebarkan sebuah video yang mereka buat tentang seorang anak yang kesulitan berbaur karena berada dalam lingkup agama yang berbeda. Ayu mengaku puas dengan Facebook karena berhasil mendapat ratus ribuan likes di Facebook.

“SabangMerauke ini menyebarkan inspirasi. Waktu itu video kita viral banget karena kita share di Facebook. Sampai dishare ratus ribuan kali,” ucap Ayu di Kantor Facebook Indonesia Central Place, Jakarta.

Selain itu, ada juga CCO komunitas Du’Anyam Yohanna Keraf yang mengaku merasa terbantu dalam membangun dan menjalankan komunitasnya. Sebab, Dia menggunakan Instagram sebagai media untuk berjualan.

“Di Facebook kami biasanya menceritakan aktivitas kami. Kalau di Instagram untuk jualan baik berbentuk wholesale atau retail,” ujar wanita yang akrab dipanggil Hanna ini.

Lebih-lebih, lembaga pemerintahan justru merasakan keuntungan. Dengan hadirnya media sosial, sebuah lembaga pemerintahan dapat mengepress anggarannya. Dalam hal ini, yang mengalami keuntungan tersebut adalah Direktorat Jenderal Imigrasi.

“Kalau keuntungan, sangat menghemat biaya. Kami sudah arahkan campaign melalui medsos. Dan anggaran kami jauh lebih kecil dari tahun-tahun lalu. Sangat efektif juga untuk sampaikan info. Kami juga terbantu dengan hemat tenaga dam pikiran dari PNS kami yang dikit ini,” tandas Analis Pengaduan Masyarakat Bagian Humas dan Umum Direktorat Jenderal Imigrasi Fijar Sulistyo.

Reporter: Adhyasta Dirgantara
Editor: Octavia Dwi Lestari