Maryam Pougetoux (19), presiden serikat mahasiswa di Paris’s Sorbonne saat diwawancara. Foto: Getty Images

Diamma.com- Menteri dalam negeri Prancis secara pribadi mengkritik wanita muslim yang bernama Maryam Pougetoux (19), seorang presiden serikat mahasiswa di Paris’s Sorbonne, yang mengenakan jilbab saat proses wawancara.

Namun kritikan yang dituju kepadanya langsung ditentang, Maryam beranggapan bahwa jilbab merupakan suatu identitas seorang wanita muslim dan tidak ada maksud atau sangkut paut dengan hal lain.

“Ini adalah iman saya, dan jilbab sama sekali tidak ada hubungannya dengan fungsi politik,” kata Maryam kepada Buzzfeed News.

Serikat mahasiswa mengatakan bahwa Maryam adalah korban kebencian rasis, seksis dan Islamofobia.

Menteri Dalam Negeri Gérard Collomb mengatakan penampilan Maryam dalam menggunakan jilbab merupakan sebuah bentuk provokasi.

Ia muncul pada sebuah film dokumenter yang berbicara tentang protes mahasiswa terhadap reformasi pendidikan Presiden Perancis terhadap wanita yang mengenakan jilbab, atau jilbab Muslim.

Menteri Kesetaraan Perancis Marlene Schiappa mengatakan itu adalah bentuk promosi politik Islam, dan harus memberi tahu kami nilai-nilai apa yang ingin dipromosikan, jelas dan koheren.

Di Prancis memakai jilbab bagi muslim dilarang di sekolah-sekolah dan beberapa bangunan umum lainnya, hal ini telah ditetapkan pada tahun 2004, akan tetapi tetap legal di universitas.

Penulis: Ivan Nurhidayat
Editor: Siti Nurmayani Putri