Sri Rahayu, Penemu Tanaman Hoya. Foto : Kompas.com

Diamma.com- Sri Rahayu, Peneliti Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor ini telah berhasil menemukan tumbuhan baru yaitu Hoya.

Perempuan yang akrab disapa Yayuk ini tergugah meneliti hingga menemukan tanaman baru setelah menyadari beragamnya keanekaragaman hayati Indonesia. Yayuk berkata bahwa ia ingin mendomestikasikan tanaman liar di Indonesia dari ancaman kepunahan, karena Indonesia menyimpan kekayaan tanaman yang bisa dimanfaatkan seperti untuk makanan, obat, dan penghilang polusi.

Ketika ditugaskan untuk mendeskripsikan tanaman di Bogor, Yayuk bertemu dengan tanaman Hoya untuk kali pertama. Tanaman ini sebetulnya sudah dikenal di luar negeri sebagai tanaman hias, tetapi dianggap tanaman sampah oleh masyarakat Indonesia.

Ia pun mulai berkutat pada pemuliaan tanaman Hoya sejak tahun 1996 hingga 2001 dan fokus meneliti bunga lipstik pada tahun 2002 hingga 2006 Untungnya, kerja keras Yayuk membuahkan hasil.

Terbaru, Yayuk mempersembahkan tiga spesies baru tanaman Hoya, yakni Hoya undulata SRahayu & Rodda, Hoya rintzii Rodda, serta Simmonsson & Srahayu. Sebelumnya, perempuan yang menamatkan gelar doktoralnya di Institut Pertanian Bogor ini juga sukses mematenkan tiga tanaman melalui perlindungan varietas tanaman (PVT), yakni bunga hoya (Hoya Kusnoto), bunga lipstik (Aeschynanthus Soedjana Kassan), dan bunga lipstik (Aeschynanthus Mahligai).

Berkat temuan terbaru varietas tanaman Hoya Kusnoto dan bunga lipstik mahligai, Yayuk pun berhasil menggondol penghargaan alih teknologi pada LIPI Award 2016 lalu. Yayuk menjelaskan, baik tanaman Hoya maupun bunga lipstik bukan tanaman biasa.

“Keduanya bisa menyerap polutan di dalam rumah seperti cat yang berbahaya bagi manusia. Hoya cocok untuk tanaman hias gantung karena menjalar,” ujarnya. Racun yang bisa hilang berkat tanaman tersebut, yakni benzene, toluene, dan xylene.

Kini, bibit bunga Hoya bisa diperoleh dari LIPI Bogor dengan harga Rp 50.000. Untuk perawatannya, tanaman ini sebaiknya ditanam di media sekam atau bahan organik kasar.

Ia juga mesti terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Perawatan lain yang diperlukan adalah pemupukan pupuk epifit seperti tanaman anggrek.

Penulis: Muhammad Taufiq Wicaksono
Editor: Siti Nurmayani Putri
(Dilansir dari beberapa sumber)