photo 2Diamma.com – Pemerintahan yang dipimpin oleh Jokowi-JK saat ini mengarahkan kembali untuk Indonesia menjadi negara maritim. Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk sebanyak kurang lebih 250 juta orang, Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang ke-4 di dunia yaitu sekitar 95 ribu kilometer dan luas lautan 5,8 juta km2.

Dengan lautan yang luas tersebut, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam laut yang sangat melimpah. Selain itu, Indonesia juga memiliki selat, teluk dan berada diantara dua samudra & benua. Dengan keadaan itu, otomatis membuat Indonesia sering dilalui oleh negara-negara lain dan dapat meningkatkan ekonomi negara. Untuk mencapai hal tersebut, infrastruktur yang menunjang harus terlebih dahulu dibangun agar mempermudah akses. Namun sayangnya, dengan jumlah APBN yang terbatas membuat Indonesia memerlukan investasi dari luar negeri.

Akhir-akhir ini Indonesia intens mempromosikan kebijkan maritimnya yakni Poros Maritim Dunia agar negara lain yang memiliki modal lebih besar dapat berinvestasi, salah satunya Tiongkok. Executive Director Global Future Institute Hendrajit mengatakan bahwa Indonesia harus berhati-hati dengan Tiongkok. Pasalnya, Tiongkok ingin sekali menguasai wilayah Bitung dan Manado di Sulawesi Utara sebagai target investasinya karena letak yang strategis secara  geostrategis maupun geopolitik. “Pemerintah harus hati-hati, dan harus memahami aspek geopolitik,” ungkapnya dalam seminar yang bertemakan ‘Ancaman Geostrategis dan Geoekopol dalam Konsepsi Maritim’ di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) pada 9 April 2015.

Ia juga menambahkan bahwa Tiongkok akan membangun kawasan perindustrian secara menyeluruh seperti infrastruktur pelabuhan dan bandara dalam satu kompleks di wilayah Bitung dan Manado yang merupakan kawasan ekonomi khusus  tersebut.

Hendrajit mengatakan kepentingan Tiongkok bisa saja mengikutsertakan Indonesia dalam pertarungan antara Tiongkok dan Amerika Serikat, sebab kepentingan Tiongkok di Sulawesi Utara itu untuk membendung pengaruh Amerika Serikat di Asia Tenggara terutama di laut Cina Selatan.

 

Reporter : Hafdal Syahputra / Fotografer : Hafdal Syahputra

Editor : Kardina Chairunnisa