SBY, Guntur, Meuthia Hatta (Sumber: detik.com)

Diamma.com – Tanggal 10 november yang bertepatan sebagai hari pahlawan, pemerintah biasanya selalu merilis para pahlawan baru. Untuk tahun ini, momentum pemberian gelar pahlawan nasional terasa sedikit berbeda karena Dwi Tunggal Indonesia, Ir. Soekarno dan M. Hatta diberikan gelar pahlawan nasional.

Ironisnya, Ir. Soekarno dan M. Hatta yangg merupakan proklamator sekaligus pendiri bangsa baru mendapatkan gelar pahlawan nasional tahun ini. Menurut Lukman Hakim salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) beranggapan, banyak kepentingan politik yang menyelimuti pemberian gelar pahlawan nasional untuk Ir. Soekarno dan M. Hatta.

Menurutnya, pemberian gelar ini bisa dilakukan beberapa tahun lalu mengingat Presiden ke empat Indonesia, Megawati Soekarno Putri adalah anak kandung dari Ir. Soekarno. “Waktu itu Megawati pernah menjabat sebagai presiden RI, tapi kenapa dia tidak melakukan hal itu,” ujar Lukman.

Dosen mata kuliah kebijakan public ini menambahkan, pemberian gelar pahlawan nasional bukan karena ketulusan terhadap bangsa Indonesia, melainkan kepentingan politik lah yang berperan disini. Selain itu pemberian gelar ini juga ada unsur pencitraan sekaligus sebagai pintu masuk bagi Megawati dan keluarga Bung Hatta, jadi bukan sebuah ketulusan nasionalisme.

Dengan disandangnya gelar pahlawan nasional untuk kedua pendiri bangsa ini, Lukman Hakim berpendapat bahwa ada atau tidaknya sebuah gelar pahlawan nasional, Soekarno Hatta tetap menjadi pahlawan pendiri bangsa. Mereka (Soekarno-Hatta-RED) tidak akan pernah luntur namanya hanya karena gelar tersebut, karena gelar hanyalah sebuah simbol, namun dihati rakyat indonesia mereka tetap seorang pahlawan pendiri bangsa.

Setelah adanya gelar pahlawan nasional yang disandang oleh Ir. Soekarno dan M. Hatta. Lukman berharap besar bagi pemuda Indonesia agar lebih bisa menumbuhkan rasa nasionalisme untuk tanah air yang disesuaikan dengan perkembangan zaman sekarang, dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini.

Nurhidayati, salah satu mahasiswa FISIP jurusan Administrasi Negara juga beranggapan bahwa pemberian gelar pahlawan nasional kepada dua ikon proklamator bangsa Indonesiaterkesan lamban. Menurutnya, disebabkan sistem pemerintahan kita yang lamban. Ia juga berharap setelah moment ini pemuda Indonesia dapat mengikuti jejak baik dari pendiri bangsa dan meniru semangat nasionalisme dari mereka.

Reporter: Siti Farhani & Bagus Prayogo

Editor: Tri Susanto Setiawan