
Diamma.com – Suasana pagi di Geopark Ciletuh, Palabuhanratu, terasa berbeda. Sekitar 500 warga pesisir dari sebagian besar nelayan di sembilan desa itu bersatu dalam “Dialog Kebangsaan: Penguatan Relawan Gerakan Kebajikan Pancasila” (1/8/2025), sebuah program kolaborasi BPIP dan Komisi XIII DPR RI. Acara ini digelar untuk memperkuat akar ideologi Pancasila pada komunitas yang sehari-hari bergelut dengan ombak dan jala.
Pertemuan dimulai dengan pidato pembuka dari Kepala BPIP, Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D.
“Di tengah derasnya arus digital dan budaya asing, Pancasila harus jadi jangkar moral nyata dalam gotong-royong, toleransi, dan kejujuran,” ungkapnya.
Fokus utama kegiatan ini adalah menumbuhkan Relawan Gerakan Kebajikan Pancasila di kalangan masyarakat nelayan serta generasi muda disana. Melalui sesi dialog, masyarakat diajak berdiskusi mengenai implementasi nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari: mulai dari musyawarah desa yang terbuka hingga kampanye literasi digital. Para nelayan dan pemuda, yang selama ini berlayar melawan hempasan ombak, kini didorong untuk menjadi Duta Pancasila. Mereka belajar tentang literasi digital, agar mampu menolak hoaks dan ujaran kebencian, sekaligus mempromosikan warisan budaya seperti tari Pali Jiteng melalui kanal media sosial agar bisa eksis dan tak hilang begitu saja. Hal ini menjadi simbol dan arah perubahan yang lebih baik bagi setiap agen perubahan di desa masing-masing.

Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Hj. Dewi Asmara, S.H., M.H., menyampaikan inti materinya sebagai berikut:
“Pancasila selama ini kerap berakhir sebagai hafalan lima sila, tanpa terjemahan nyata dalam kehidupan sehari-hari; oleh karena itu, kita harus menghidupkan kembali semangat gotong-royong, kepedulian antarsesama, dan keberanian menyuarakan pendapat dengan santun mulai dari musyawarah desa yang terbuka dan damai, hingga aksi nyata untuk menjaga lingkungan dan menolak ujaran kebencian di dunia digital sehingga generasi muda dan masyarakat pesisir tidak sekadar mengingat, tetapi benar-benar memaknai Pancasila sebagai kompas moral yang membimbing setiap tindakan mereka.”
Dalam rangka mendukung regenerasi, Prof. Yudian juga mengumumkan program beasiswa pribadi bagi lima anak nelayan yang layak di Ciwaru untuk melanjutkan studi di SMA Santri Pancasila, Yogyakarta. Langkah ini dipandang sebagai bukti bahwa investasi ideologi harus diikuti dengan dukungan pendidikan, agar nilai-nilai kebajikan Pancasila terus hidup di generasi selanjutnya.
Acara diakhiri dengan penyerahan plakat simbolis dari BPIP dan DPR kepada perwakilan desa, serta pembentukan tim Relawan Kebajikan Pancasila. Ir. Prakoso, M.M. (Deputi Hubungan Antar Lembaga BPIP) menegaskan bahwa kerjasama lintas sektor pemerintah desa, ormas, tokoh agama, hingga kelompok pemuda adalah kunci agar nilai-nilai Pancasila benar-benar hidup di akar rumput.
Penulis: Rizky Surya Putra
Editor: Rizky Surya Putra