
Banyak anak muda merasa ujung tombak masa depan mereka terkikis oleh sulitnya mencari lapangan pekerjaan bersama dengan gaji yang layak, mereka terjebak dalam rutinitas mengirim lamaran tanpa hasil. Data BPS terakhir menunjukkan pengangguran usia 15–24 tahun berkisar 13,14%, sementara kebutuhan hidup semakin melewati batas.
Familiar ga kamu dengan siklus toxic ini: buka Jobstreet → apply puluhan lowongan → ditolak → repeat. Terus begitu sampai mental drop dan mulai mikir “Emang gue gak berkualitas ya?”

Dari Keresahan ini Apa Sebenarnya yang Perlu disiapkan Anak Muda?
Dalam sebuah wawancara dengan Haikal Hassan Baras atau akrab disapa Babeh, tokoh publik sekaligus Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Beliau menyampaikan bahwa tantangan zaman memang berat, tapi bukan jadi alasan untuk menyerah, kesiapan dan kemauan untuk terus berkembang itu merupakan jalan untuk menghadapi masa depan yang tak pasti.
“More creativity, rezeki tidak akan lari dari orang yang berkreativitas, dan Tuhan hanya kasih rezeki pada orang yang siap. Kalau anda nggak siap, sampai kapanpun anda nggak akan siap. Bersiaplah, dan katakan ya Tuhan, saya sudah siap menerima rezeki dari Engkau.” Yang utama bukan modal besar, tapi ide serta kehebatan pikiran kita sendiri.
Saat ini dunia berubah cepat dan stagnan, itu bukanlah pilihan. Saat ini kita harus berani membuka jalan sendiri. Sekecil apa pun langkahnya, selama itu konsisten dan punya arah, itu sudah cukup jadi bekal awal.
Saat disinggung soal fenomena banyaknya anak muda yang merasa bingung harus mulai dari mana, ia mengingatkan bahwa masa sulit adalah bagian dari proses.
“Masa sulit adalah fase di mana cara kita sudah nggak cocok. Bukan masanya yang salah, tapi pendekatan kita yang perlu diubah,” ungkapnya.
Babeh Haikal straight up bilang bahwa yang dipentingkan adalah kreativitas dan cara berpikir. “Duit itu beredar dimana-mana, tapi anda tetap carinya kepada perusahaan, tetap pada perusahaan, dan pada perusahaan terus Jangan lagi! Create, generate income. Generate income tuh paling penting sekarang, kemampuan itu yang paling mahal, kemampuan melihat peluang.”
And this part hits different karena beneran relate sama kehidupan kita sehari-hari. Dalam era digital dan bersosial media ini, Babeh Haikal melihat bahwa penguasaan teknologi ialah kunci utama.
“Kalau mau usaha kuliner misalnya, dari mana mereka? Dari IT misalnya, jadi kalau kita nggak kuat di IT akan tergilas, itu betul. Karena dunia sekarang semua di handphone, handphone ini menjadi the one and the only sekarang. Siapapun yang menguasai handphone akan menguasai dunia, Android-nya kah, sistem-nya kah, media sosial-nya kah, TikTok-nya, Facebook-nya, Twitter-nya, Instagram-nya.” Jadi sebenarnya smartphone yang kita pegang setiap hari itu literally adalah mesin penghasil cuan, tinggal gimana cara kita optimizenya.
Lalu ketika ditanya soal jenis usaha yang paling berpotensi dari pengamatannya di lapangan sebagai kepala BPJPH, ia menjawab: “Yang Simple.”
Wait, what? Simple doang?
“Lihat tuh yang orang jual pisang goreng itu, ada bagus tuh. Ada yang ayam goreng, bagus itu. Sentuh emosinya. Anda tau ayam goreng Almas nggak? Gila-gilaan kan sekarang, udah buka cabang kemarin yang ke-100, 100 cabang. Karena dia memberikan sentuhan emosional yang bagus banget, jago marketingnya.”
Insightnya itu ternyata kunci sukses bukan terletak pada produk yang ribet, melainkan pada kemampuan nyentuh hati dan perasaan konsumen.
“Bungkusannya, rasanya sih kurang lebih, rasanya juga enak sebenernya. Tapi rasa itu kan relatif ya, ada yang suka, ada yang nggak suka.”
Sehingga intinya packaging dan storytelling > taste? Mind = blown.
Di akhir Babeh juga kasih perspektif tentang mengapa konsep halal jadi begitu powerful dalam bisnis modern. Dan ini applicable buat semua orang, regardless of religion.
“Halal itu lifestyle, halal itu symbol of clean, symbol of health. Halal itu simbol kebersihan dan simbol kesehatan. Halal itu trustability, traceability, dan transparansi. Dan halal itu modern civilization. Itu yang membuat halal lebih diterima dari semua, pada semua pihak.”
Jadi basically, halal itu udah jadi universal value yang represent kualitas dan trust. No wonder brand-brand besar worldwide mulai adopt konsep ini.
Pesan ini datang dari pemahaman bahwa dunia kerja hari ini memang sangatlah menantang. Tapi justru karena itu, dibutuhkan anak-anak muda yang tidak hanya berharap, tapi juga bertindak. Dan saat rezeki tak kunjung datang lewat jalur formal atau perusahaan, mungkin sudah waktunya menciptakan pintu sendiri.
The choice is yours, Gen-Z. Dan ingat, smartphone yang kalian pegang itu bukan cuma buat scroll sosial media atau stalk mantan. It’s your gateway to financial freedom.
Penulis: Rizky Surya Putra
Editor: Rizky Surya Putra