Aplikasi TikTok yang booming setahun terakhir. Foto: Illustration by Avishek

Diamma.com– Dewasa ini, perkembangan teknologi dan informasi seakan tidak dapat dibendung lagi. Mulai dari perangkat hingga aplikasi, semua berkembang begitu pesat dari waktu ke waktu. Sebagai pengguna teknologi, tentu kamu tidak asing dengan aplikasi yang bernama TikTok, aplikasi media sosial yang memungkinkan pengguna untuk membuat dan membagikan video berdurasi 15 detik.

TikTok telah mengalami kenaikan popularitas sejak memasuki pasar AS tahun lalu. Secara global, sebanyak 1,2 miliar orang telah menginstal aplikasi tersebut dan 500 juta penggunanya merupakan pengguna aktif; melampaui Twitter, LinkedIn dan Snapchat. Kemampuan TikTok untuk menarik perhatian Gen-Z (kelompok konsumen terbesar TikTok secara global) telah menjadikannya startup paling bernilai di dunia ($ 75 miliar).

Berikut adalah tiga hal yang perlu kamu ketahui tentang aplikasi TikTok :

  • Bukan lagi hanya digunakan oleh  anak-anak

Akar dasar dari TikTok ialah Musicaly.ly, aplikasi lip-syncing yang diakusisi oleh ByteDance (Pengembang utama aplikasi TikTok) senilai 1 triliun dolar ditahun 2017. Aplikasi Musicaly.ly identik  dengan remaja. Reputasi tersebut terus bertahan, meski setelah di akusisi, dan hal tersebut dapat dimaklumi.

TikTok merupakan aplikasi dengan pengguna termuda secara keseluruhan dibanding dengan media sosial popular lainnya. Faktanya, dua pertiga dari penggunanya secara global memiliki usia dibawah 30 tahun. Meskipun demikian, secara penelurusan terungkap bahwa aplikasi ini mulai banyak diadopsi oleh orang dewasa.

Pergeseran demografis ini mengingatkan kita pada Facebook, yang dimulai sebagai jejaring sosial untuk mahasiswa. Dan Snapchat, yang mulai hidup sebagai platform pilihan bagi remaja. Secara umum, teknologi-teknologi tersebut memang dianut oleh kaum muda, jauh sebelum orang dewasa menggunakannya. Jadi, tidak bijaksana untuk mengabaikan platform hanya karena condong ke arah audiens yang lebih muda. Kehadiran pengguna yang merupakan orang dewasa (yang terpikat oleh TikTok yang baru lahir) tentu menjadi pertanda yang menggembirakan bagi merek dan pemasar.

  • Mengadopsi unsur komedi di dalamnya

Meskipun Musik tetap menjadi dasar utama dari TikTok, aplikasi tersebut tidak lagi hanya memiliki konten musik. Volume dan jangkauan video yang tersedia telah mengubah TikTok menjadi tontonan yang tidak ada habisnya . Dalam pemutaran satu menit video TikTok, mungkin kalian juga akan melihat seseorang melakukan gerakan parkour, remix dari meme popular dan sebagainya.

Melihat lebih dekat, Video yang memiliki unsur komedi di dalamnya cenderung lebih banyak dilihat, disukai dan dikomentari. Hal tersebut video menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara menjadi lucu dan menjadi viral. Dan oleh sebab itu kini banyak orang-orang yang membuat video komedi di TikTok.

Kini TikTok telah menjadi platform komedi alternatif (seperti pendahulunya, Vine). Dari sudut pandang pemasaran, humor bisa menjadi senjata yang ampuh untuk dapat berhubungan dengan konsumen secara emosional. Melakukan hal itu akan membantu anda membangun relevansi budaya yang lebih besar, arti-penting kognitif, dan kepercayaan konsumen.

  • Memberikan kesempatan seseorang untuk berkreativitas

Berkat serangkaian fitur penyunting video TikTok yang mengesankan. Aplikasi ini telah secara efektif menghilangkan semua hambatan yang mencegah orang untuk mengekspresikan diri.

Dengan demikian, menjawab doa-doa para pencipta konseptual di seluruh dunia. Keterampilan teknis tidak lagi menentukan keberhasilan konten, tidak seperti YouTube, yang membutuhkan perangkat lunak dan keterampilan pengeditan video yang sebenarnya. Singkatnya, kreativitas lebih dimudahkan di aplikasi TikTok.

Banyak anak-anak muda yang menganggap bahwa TikTok memang tercipta untuk mereka, itulah sebabnya jutaan orang kerap kali ikut serta dalam tantangan tagar dengan memposting konten yang dibuat oleh pengguna.

Di TikTok, seorang remaja di Los Angles dan remaja di New Delhi memiliki kesempatan yang sama untuk dapat menjadi viral. Itulah mengapa mereka berlomba-lomba menggunakan aplikasi TikTok untuk membuat konten terbaik supaya dapat viral.

Penulis: M. Haedar Fashal
Editor: Octavia Dwi Lestari