Presiden Sudan, Omar Hasan Ahmad Al-Bashir. Foto: aljazeera.com

Diamma.com – Protes di Khartoum, Sudan menuntut pengunduran diri Presiden Omar Hassan al-Bashir, dan pada Kamis (11/4) militer Sudan menggulingkan Presiden Omar al-Bashir.

Menteri Pertahanan mengumumkan, akan mengakhiri pemerintahan otoriter selama 30 tahun dalam menghadapi protes jalanan massal yang telah melanda sejak Desember lalu.

Al-Bashir yang telah lama dianggap sebagai paria di Barat dan dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan genosida sehubungan dengan kekejaman di Darfur, telah memerintah Sudan lebih lama daripada pemimpin lainnya sejak negara Afrika Utara tersebut memperoleh kemerdekaan pada tahun 1956.

Seperti dilansir dari The New York Times. Menteri Pertahanan Awad Mohamed Ahmed Ibn Auf mengatakan bahwa Al-Bashir telah ditahan dan pemerintah telah dibubarkan dan Konstitusi ditangguhkan.

Sebelum pengumuman itu dibuat, pengunjuk rasa yang menuntut pemecatan al-Bashir telah berkumpul di luar markas militer di Ibukota Sudan, Khartoum.

Mereka meneriakkan mantra yang ditujukan kepada Presiden.

“Anda telah menari selama 30 tahun. Hari ini giliran kita untuk menari,”

Elsamawal Alshafee, salah seorang dari kerumunan mengatakan melalui telepon bahwa hari ini adalah hari revolusi.

“Ini adalah hari yang besar bagi orang-orang Sudan, ini adalah hari revolusi,” pungkasnya.

Kabar tersebut diliputi oleh kegembiraan bagi mereka dan ketidakpastian yang waspada tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Seorang pejabat senior mengatakan bahwa para pemimpin dinas militer dan keamanan berdebat secara pribadi tentang keanggotaan dan struktur pemerintahan transisi.

Penulis: Qhoridatul Khanifah
Editor: Gadis Ayu Maharani