Diamma.com- Kedua erupsi gunung merapi di Guatemala dan Hawaii beberapa waktu lalu dapat mengingatkan manusia bahwasanya alam yang asri ini pun bisa menjadi sesuatu yang ganas dalam suatu waktu.
Terdapat beberapa perbedaan nyata antara erupsi gunung Fuego di kawasan Guatemala yang menelan 75 korban jiwa sejak minggu (03/06) kemarin, dengan erupsi gunung Kilauea di kawasan Hawaii yang belum memakan korban jiwa namun perlahan mendatangkan malapetaka selama satu bulan sejak awal erupsi.
Aliran lahar panas vs piroklastik merupakan salah satu alasan mengapa kedua erupsi tersebut mempunyai dampak yang berbeda.
Lahar panas merupakan kandungan utama dari erupsi gunung Kilauea yang sangat membahayakan jiwa manusia, sedangkan kandungan dari erupsi gunung Fuego ialah piroklastik dimana merupakan campuran abu, batu, gas vulkanik yang bisa jauh lebih berbahaya daripada aliran lahar panas.
Menurut Ivan Cabrera ahli meteorology CNN hingga selasa kemarin aliran piroklastik dari letusan gunung Fuego mencapai 1.800 derajat Fahrenheit atau sekitar 1.000 derajat Celcius.
“letusan dari gunung Fuego ini sangat eksplosif, dimana menghemparkan puing-puing panas dan menjalar melalui sisi curam gunung berapi sehingga memperluas aliran piroklastik,” ujar Erik W Klemetti, seorang professor geosains di Denison University.
Beliau juga mengatakan aliran piroklastik dapat menumbangkan dan kawasan sekitar gunung berapi dengan kecepatan ratusan kilometer per jam jauh melebihi kecepatan mobil sekalipun. Sebaliknya, letusan gunung Kilauea menghasilkan aliran lahar panas yang biasanya menjalar ratusan meter per-jam, namun tidak secepat aliran piroklastik yang cenderung lebih mematikan.
Jika dilihat dari letak kawasan dimana kedua gunung berada, gunung Kilauea terletak di taman nasional gunung berapi yang letaknya jauh dari pemukiman warga. Namun gunung berapi Fuego meletus di kawasan padat penduduk sehingga lebih berpotensi memakan banyak korban jiwa.
Adapun alasan utama dan sangat membahayakan yang menjadikan letusan gunung berapi Fuego lebih mematikan daripada gunung Kilauea. Yakni aliran Piroklastik dapat berubah menjadi lahar panas ketika tercampur dengan air sungai maupun hujan.
Penulis: Deske Desiana Tapada
Editor: Siti Nurmayani Putri
(Dilansir dari beberapa sumber)