Diamma.com – Liga Inggris yang sejak dulu sudah populer dan mampu menyedot banyak perhatian dunia, terlebih ketika sudah berformat dan bernama Premier League sangat glamour dan bergemilang uang. Setiap tahunnya liga Inggris yang menurut FIFA (Federation International Football Asosiation) sebagai liga terbaik di dunia ini selalu menghasilkan perputaran uang yang sangat besar baik dari sisi transfer pemain yang bisa mencapai triliunian dan biaya operasional klub yang sangat mahal. Di liga Inggris juga terdapat banyak klub kaya raya dan populer di dunia, seperti Manchester United, Arsenal, Chelsea, Liverpool, dan klub kaya raya baru Manchester City. Setiap tahun kelima klub tersebut yang mewarnai perebutan gelar juara Premier League karena kelima klub tersebut mampu membeli pemain-pemain bintang dari seluruh dunia, hal itu dikarenakan kelima klub tersebut mampu menembus deretan 20 klub terkaya di dunia.
Hal itu juga berlaku untuk musim 2015-2016 dimana pada awalnya seluruh pengamat sepakbola memprediksikan perebutan gelar juara akan diramaikan oleh kelima klub unggulan tersebut. Hal yang sangat wajar mengingat kelima klub menambah pemain bintang atau pemain berkualitas ke dalam skuadnya ditambah dengan pelatih berkelas seperti Jose Mourinho (Chelsea), Louis Van Gaal (Manchester United), Arsene Wenger (Arsenal), Manuel Pellegrini (Manchester City) dan Brendan Rodgers (Liverpool). Pada awalnya banyak memprediksi jika Chelsea yang berstatus juara bertahan akan mampu mempertahankan gelarnya, dengan persaingan sengit dari Manchester City yang berambisi merebut kembali gelar juara Premier League dan Manchester United yang diperkirakan akan mengalami musim kebangkitan tanpa mengecilkan Arsenal yang dua tahun berturut-turut menjadi juara piala FA (2014 – 2015). Serta Liverpool yang setiap saat dapat merusak dominasi keempat klub lainnya.
Namun saat Premier League musim 2015-2016 resmi bergulir anomali yang sangat besar terjadi di liga ini, banyak dari klub-klub unggulan yang tampil mengecewakan. Saat Premier League sudah bergulir 10 pekan, Chelsea yang diprediksikan berada di papan atas klasemen berada di zona degredasi, Manchester United dan Liverpool kembali mengalami inkonsistensi dan berada di papan tengah klasemen, hanya Manchester City dan Arsenal yang berada di papan atas klasemen. Namun tidak berada pada posisi puncak, puncak klasemen Premier League di raih oleh Leicester City. Siapa Leicester City? Leicester City adalah klub yang pada musim lalu nyaris terdegredasi dan pada musim 2015-2016 akan terdegredasi meski dilatih oleh Claudio Ranieri, alasan para pengamat adalah tidak ada perubahan yang berarti di tubuh Leicester City, pergantian pelatih dari Nigel Person ke Claudio Ranieri tidak akan berarti banyak karena Ranieri hanya pelatih dengan reputasi yang biasa saja dan akrab dengan kegagalan, Ranieri sendiri hanya membeli seorang N’golo Kante dan Gokhan Inler dengan harga murah. Leicester yang hanya menempati urutan ke-17 dalam hal nilai skuad, dengan skuad yang pas-pasan dianggap hanya akan menjadi bulan-bulanan klub yang secara materi lebih kuat dari mereka.
Pekan demi pekan terus bergulir dengan Leicester City yang terus konsisten berada di papan atas klasemen hingga pada pekan ke-7 dimana Leicester City dan Arsenal yang sedang berlomba menuju puncak klasemen bertemu, pertandingan yang digelar di Emirates Stadium menjadi duka bagi Leicester City karena kalah 5-2 dari Arsenal. Banyak yang beranggapan bahwa dengan kekalahan tersebut akan menjadi akhir bagi Leicester City, namun “The Foxes” julukan Leicester City kembali mematahkan prediksi pengamat sepakbola dengan terus bermain konsisten dan terus memetik kemenangan. Memasuki masa Boxing Day dimana satu klub Premier League dapat bermain 9 kali dalam waktu dua minggu, mental juara Leicester City sangat di uji dengan jadwal yang sangat padat dengan melawan Everton, Liverpool, Manchester City, Bournemouth dan Totenham Hotspurs, Leicester City mampu melewati fase ini dengan dua kali menang dua kali imbang dan hanya sekali imbang.Mental juara Leicester benar-benar teruji ketika harus berhadapan dengan Liverpool, Manchester City dan Arsenal dalam tiga berturut-turut pada pekan ke-23 hingga ke-25 . Leicester mampu memenangkan pertandingan melawan Liverpool dengan skor 2-0 dan menang 3-1 di kandang Manchester City namun mereka tersandung ketika melawan Arsenal.
Hingga menjelang akhir musim Leicester City terus menampilkan penampilan yang konsisten dan pemain-pemain tim tersebut mulai dikenal, seperti Jamie Vardy yang mulai merebut perhatian publik Inggris dengan terus menerus mencetak gol dalam sebelas pekan berturut-turut dan Riyad Mahrez yang menjadi pengatur serangan bagi Leicester City yang terkadang menjadi pemecah kebuntuan bagi timnya. Pemain lain yang mulai menarik perhatian adalah Kasper Schmeichel kiper asal Denmark ini menampilkan penampilan yang konsisten di bawah mistar Leicester City dengan sejauh ini mencatat 15 kali tidak kebobolan dan duet gelandang tengah N’golo Kante dan Daniel Drinkwater yang bertipe pekerja keras dan menjaga stabilitas lini tengah Leicester City, pemain lain adalah Fusch pemain belakang Leicester City yang sering berduet dengan Robert Huth di lini pertahanan Leicester City. Kini dengan 22 gol Jamie Vardy berada di urutan ketiga pencetak gol terbanyak Premier League dan memenangkan penghargaan pemain terbaik liga Inggris veris jurnalis mengalahkan pemain-pemain bintang seperti Sergio Aguero (Manchester City), Harry Kane (Totenham Hotspurs), Mezut Oezil (Arsenal) dan Wayne Rooney (Machester United).
Riyad Mahrez juga tidak kalah dengan koleganya, dia mengalahkan seluruh pemain bintang Premier League dalam perebutan gelar pemain terbaik versi PFA (Profesional Footballer Asosiation) berkat 17 gol dan 12 asis yang ditorehkan sepanjang musim. Penampilan yang sangat konsisten dari para pemainnya tidak hanya menghasilkan gelar individu mereka mencatatkan sejarah dengan mengantarkan Leicester juara Premier League untuk pertama kalinya dalam 132 tahun sejak klub tersebut berdiri. Setelah ditabsihkan sebagai juara baru Premier League pada pekan 34 atau dua pekan sebelum musim resmi berakhir. Kini Leicester City dapat berdiri sejajar dengan Manchester United, Blackburn Rovers, Arsenal, Chelsea dan Machester City. Leicester City juga membuktikan satu hal dalam sepakbola bahwa untuk menjadi juara tidak hanya mengandalkan kekuatan finansial yang besar namun juga dapat diraih dengan kolektivitas tinggi, kerja keras dan semangat juang tinggi, hingga pekan 34 Leicester City mencatatkan 22 kali menang 11 kali imbang dengan hanya 3 kali mengalami kekalahan dengan mencetak 64 gol dan kemasukan gol sebanyak 34 kali.
Selamat untuk Leicester City atas keberhasilan menjadi juara Premier League dan menciptakan dongeng yang indah bagi sepak bola Inggris. Dongeng yang akan dikenang dalam jangka waktu yang panjang juga menjadi inspirasi bagi seluruh tim medioker bahwa tim semenjana juga mampu menjadi juara.
Bagus Prayoga / mirror.co.uk