Tak terasa Jakarta telah memasuki usianya yang ke-485 tahun tepat pada tanggal 22 Juni 2012 kemarin, dan seperti yang kita ketahui Jakarta memiliki cerita tersendiri saat masa pembentukannya.
Diamma.com – Jakarta dulu merupakan pelabuhan kecil bernama Sunda Kelapa, pada masa kerajaan hindu Padjajaran. Berbagai peristiwa merubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
Belandapun pertama kali datang tahun 1596 ke Jayakarta di bawah pimpinan Cornelis de Hootman, hingga pada akhirnya mereka mendirikan VOC pada tahun 1602. Jayakartapun dibumihanguskan dan dibuat kota baru yang diberi nama Batavia, sebelum pada akhirnya jatuh ke tangan Jepang dan berubah menjadi Jakarta.
Begitu panjang proses pembentukan Jakarta. Tapi bagaimanakah Jakarta pada masa kini? Seperti yang kita ketahui Jakarta memiliki segudang masalah yang selalu hangat dijadikan pembicaraan. Masalah yang dimaksud tidak lain dan tidak bukan adalah kemacetan,banjir, dan kurangnya ketertiban di lingkungan sekitar.
Hampir bisa dikatakan mustahil untuk membenahi Jakarta, jika tidak ada kesadaran dari masing- masing warganya. “Ini bukan tanggung jawab seorang atau dua orang pemimpin, melainkan seluruh warga Jakarta memiliki peran aktif dan tanggung jawab bersama dalam mengatasi hal ini,”ujar Rengga Kristianto, Abang Jakarta Barat tahun 2010.
Jakarta memang terkenal akan penduduknya yang sangat banyak dan beragam, tetapi hal itu tidak menjadi masalah asalkan masing- masing warganya mau bertanggung jawab. Tidak sedikit warga yang masih peduli dan ingin membenahi Kota Jakarta. 485 tahun bukanlah usia yang muda, tetapi tidak ada kata terlambat untuk melakukan sebuah perubahan.
Perubahan yang dilakukan tidaklah harus sesuatu yang besar, tapi dimulailah dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. “Semoga masyarakat Jakarta bisa lebih menjaga Jakarta itu sendiri, diawali dengan memperhatikan hal-hal kecil, karena hal-hal kecil tersebut bisa menimbulkan masalah besar jika diabaikan,” ujar Dewi Savitri, mahasiswa Fikom Moestopo tahun 2011.
Tentunya hampir semua masyarakat Jakarta menginginkan Jakarta yang lebih baik. Maka dari itu jangan biarkan harapan menjadi bualan belaka. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?
Reporter: Fitriana Hidemi / Foto: Google doc.
Editor: Frieska M.