Pernah aku merasakan tersesat di hutan belantara berantah

Tak ada arah yang harus ku kejar dan tuju

Semua terasa sepi dan hanya ada kekecewaan yang ada

Pasrah dan gontai langkah ini menapaki daun kering di tanah

Tertunduk dan lesu seakan tak ada darah mengalir menemani

Jasad ini terasa berat , kaku dan gemetar apa yang terjadi ? tak adakah Sedikit sandi untukku membaca arah? pikiran kematian sudah di depan mata

Namun , setitik sinar membangunkan ku pada kegelisahan ini

Aku angkat kepala dan buka mata lebar-lebar

Hembusan nafas kembali dan darah yang beku seketika mencair,

Mengalir membanjiri tubuhku, berdesir terasa masuk ke sela-sela urat

Daun yang kering yang menjadi pijakanku kini tak gugur lagi

Malu mungkin dengan setitik sinar itu

Ku langkahkan kaki ini selagi bisa melangkah

Ku berlari selagi masih bisa untuk berlari

Untuk mengejar setitik sinar yang tak tahu datang dari mana

Perasaan yang berbeda menghampiriku setelah selangkah lagi

Aku sampai pada tujuan

Yaitu sinar, ku hampiri namun perlahan sinar itu menghindar

Apa yang terjadi ?

Setelah kekecewaan akan adanya kematian perasaan Menceruwak tadi,

Aku kira sinar ini akan jadi ganti yang hilang

Dan akan menjadi petunjuk arahku di hutan kesesatan yang gelap

Tapi kenyataan membawakku pada perasaan yang payah

Aku terus kejar namun lagi-lagi dia menghindar seakan dia tidak mau

Untuk ku dekati, kembali aku gontai lemas harapan tinggal harapan

Kembali bibir ini murung, kenapa harus putus asa? waktu akan menjawab semua itu

Mungkin aku tak pantas buat kau sinar pelita

Karena aku tahu kau berfikir bahwa aku bukan orang yang kau pilih untuk melengkapi sinar yang ada pada dirimu

Aku tak pantas

Karya: Ridho Losa *Anggota Sub. Div. Pengembngan Jaringan Eksternal LPM Diamma.