Bukan alasan keterbatasan, tetapi tanggungjawab untuk menghidupkan anak dan istri. “Pekerjaan yang membuat saya iri karena melihat kakinya yang normal pun saya lakoni,” ujar Beny, pengidap polio.

Oleh Fariz Afif Sudrajat, Hikmah Rani / Foto : Fariz Afif Sudrajat

Diamma – Memang roda terus berputar, kiasan ini seakan telah melekat pada diri kita yang menjalani sebuah kehidupan. Banyak orang yang tidak sadar akan kerasnya kehidupan pagi, siang dan malam larut terlupa dengannya. Karena kita harus mencari penghasilan uang. Uang menjadi alat yang amat penting dewasa ini, semua orang mencarinya dengan segala cara dijalankan meski di darat, laut maupun diudara sekalipun.

Malu akibat kekurangan fisik sudah biasa kita dengar hal semacam itu, beda dengan Beny (43) seorang laki-laki penyandang Polio dari lahir ini tidak segan-segan untuk menyambung hidupnya dengan memoles sepatu para tamu Allah dibilangan Bekasi Masjid Agung Al Barkah. Beny mengambil kesempatan ketika para Jemaah melakukan shalat Jumat, Dia mengais rezeki dengan cara menyemir sepatu memasang tarif 2000/pasang sepatu atau sepatu Sandal. Penghasilan yang di gandrungi Beny mencapai Rp 60.000,-/hari jumat saja. Apabila selain hari Jumat Beny merauk kocek Minimum Rp 40.000,-. Tidak hanya mangkal di Hari Jumat saja, namun Beny juga memiliki pangkalan lain di PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) rayon Bekasi dan di Universitas 45 (Unisma). Di Unisma sendiri yang menjadi target pemolesan yaitu dosen-dosen yang mengajar di kampus ini, sedangkan di PWI adalah para Staf yang sedang istirahat.

“Meskipun kaki saya tidak seberuntung orang lain yang dapat berjalan dengan normal, tetapi saya dapat mengambil keuntungan dari kaki-kaki mereka,” tutur pria berkumis tebal ini. Selain pria ini jago memoles layak sepatu  baru, Beny juga memiliki keahlian lain yaitu Memijat warga sekeliling kampung tempat ia bermukim, “Kebiasaan memijat ini adalah warisan dari ayahnya dulu sejak kecil,” ucap Beni sambil tertawa.

“Tidak adanya pekerjaan lain yang dapat saya lakukan untuk melaksanakan tanggung jawab saya selaku kepala keluarga,” ujar Spesialis Semir sepatu ini. Pria berusia 43 tahun ini memiliki 2 orang anak kandung dan 3 orang anak titipan, yang masih duduk di bangku sekolah. Memang terkadang saya kesulitan untuk mencari biaya untuk sekolahnya, “Tetapi saya tidak merasa putus asa Itu kuncinya,” ucap pria yang bertempat tinggal di bagian Bekasi utara tepatnya Wisma Asri. Beny telah menggangap 3 anak titipannya adalah buah hati-nya sendiri karena dia sudah merawat dan mengasuhnya dari kecil, Kebetulan anak yang di asuhnya itu sudah tidak memiliki orang tua lagi. Meskipun saya hanya seorang tukang semir sepatu, ”Tetapi saya bangga dengan profesi  yang sedang saya jalani ini” tegas Beny.

Pria Kelahiran Jogjakarta ini telah menghabiskan setengah dari umurnya menjadi tukang semir sepatu, “sudah 30 tahun saya  menjadi tukang semir sepatu  tetapi saya tidak merasa minder apalagi malu, orang malu ga maju,” tegas Beny sambil memoles sepatu. Pekerjaan yang cukup dramatis  ditengah penyakitnya telah menghantui  setiap dia melangkah.

Beny adalah segelintir orang yang gigih tidak mengenal lelah padahal dia adalah penyandang polio. Mulyono Merasa bangga dengan Beny dengan keuletan dan kegigihannya dia bisa menyambung hidupnya dengan menyemir sepatu padahal penyakitnya terus membayanginya. Mulyono juga menambahkan “Saya kasihan melihat seorang pria berjalan dengan tongkat dan harus mencari uang dengan cara menyemir sepatu,” ucap Langganan yang setiap seminggu sekali sepatunya di poles Beny. Berbeda dengan Syarif Jemaah Masjid Al-Barkah ini mengutarakan ”Saya Menyukai cara menyemir sepatu Beny yang memiliki 2 kali proses yang pertama mengoles nya dengan cairan seperti sabun tetapi Beny tidak ingin memberi tahu cairan apa itu, yang ke dua baru disemir menggunakan semir sebagai alat perangnya, beda deh! dengan tukang semir lainnya yang biasanya hanya 1 kali proses saja,” tutur Pelangganan Beny yang selalu mengamatinya ketika menyemir. Dengan Rasa Syukurlah yang perlu kita pelajari dalam menjalani hidup, Karena dengan bersyukurlah Allah tidak akan memberikan ujian yang kita tidak bisa lewati.