Api terus berkobar. Setelah berhasil menyelamatkan korban pasukan oranye itu melihat dengan segenap rasa lega. Ya, merekalah pahlawan kemanusian itu.

Oleh Astrid / Ilustrasi: Ist

Diamma – Siang itu udara Jakarta seperti memuai. Begitulah selalu tiap musim panas memanggang Jakarta. Bagi petugas pemadam kebakaran, itu berarti mereka harus lebih meningkatkan kesiagaan. Musim panas selalu identik dengan musim kebakaran. Seperti siang itu, mendadak ada perintah. Mereka harus segara berangkat ke kawasan Senen Jakarta Pusat. Ini hal biasa.

Bila pasukan pemadam kebakaran dari wilayah lain di DKI Jakarta membutuhkan bantuan, maka pasukan pemadam kebakaran dari wilayah  lainya harus segera ambil bagian, dalam kondisi apapun.

Sirene pun meraung –raung. Tim berbaju oranye itu melaju dengan cepat menyibakan kepadatan lalu lintas Jakarta. Dari kejauhan, gumpalan asap hitam tampak menyelimut beberapa pertokoan di kawasan proyek Senen. Mobil unit pemadam itu berhenti tak jauh dari lokasi kejadian. Beberapa petugas dengan pakaian khas warna oranye berlompatan dengan sigap dan keberanian tinggi. Ada yang menaiki tangga, ada yang menarik selang dengan cepat, dan sebagian lagi mencari titik lemah api agar tidak terus membesar

Sastro, 44, ada di antara pasukan ‘berani mati’ itu. Ia tak lain komandan kompi Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan. Sudah 10 tahun ia bergelut memerangi api. Menjadi pemadam kebakaran tentu merupakan pekerjaan yang berisiko. Ancaman bahaya, bahkan kemungkinan ikut terpanggang bersama kobaran api sudah harus mereka sadari jauh sebelum mereka memilih pekerjaan ini. Itu memang merupakan risiko dari pekerjaan: dekat dengan api bakal terpanggang.

Tetapi hal itu tak menciutkan hati Sastro dan rekan-rekannya sesame anggota pemadam kebakaran. Bahkan,dibalik kobaran api itu tersimpan tekad dan idealisme mereka, yakni menolong dan memberikan bagi setiap orang  yang membutuhkan pertolongan, betapapun besar risikonya. Ada semacam panggilan dan rasa bahagia menyumbangkan tenaga kepada orang lain, di saat orang itu memerlukan bantuan dengan penuh harap.

“Entah mengapa saya sangat cinta sekali membantu dan sebisa mungkin memaksimalkan kerja saya agar bisa memperkecil kerugian korban pada saat terjadinya kebakaran,” ujarnya.

Api memang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Tetapi api yang dikatakan menjadi kawan ketika kecil dan menjadi musuh bila membesar itu menuntut penanganan yang baik. Salah satu tugas pemadam kebakaran adalah mensosialisasikan  hal itu terus menerus. Bagi para petugas pemadam kebakaran, upaya pencegahan itu adalah hal pertama yang harus mereka lakukan. Langkah-langkah pencegahan itu meliputi pemeriksaan berkala terhadap bangunan-bangunan dan penyampaian informasi mengenai bahaya kebakaran ke berbagai tempat di wilayah mereka bertugas.

Sayangnya, upaya pencegahan itu, betapapun sangat penting, sering sekali diabaikan. Di pemukiman-pemukiman padat yang rawan kebakaran, misalnya, tidak jarang ditemukan berbagai hal berisiko tinggi terhadap timbulnya kebakaran. Pemakaian listrik tidak menuruti peraturan, sementara pemanfaatan ruang tidak menuruti ketentuan.

Begitu terjadi kebakaran, bukan saja tempat itu menjadi sangat mudah terbakar, tetapi juga sangat sukar untuk mencegah api tidak cepat meluas. Sedangkan bangunan-bangunan baru juga seringkali mengabaikan peraturan dan kemestian yang harus mereka lakukan untuk mencegah bahaya kebakaran. Umumnya berbagai kelemahan ini baru terungkap setelah kebakaran terjadi. Ketika sebuah pasar yang baru dibangun tebakar, misalnya, orang baru menyadari bahwa bukan saja fasilitas untuk menghindari kebakaran terasa minim,  tetapi akses ke tempat itu bagi upaya pemadam kebakaran juga tidak tersedia.

Selain upaya pencegahan, tugas terpenting para pasukan oranye itu tentu saja penanggulangan kebakaran, yakni upaya pemadaman ketika peristiwa kebakaran terjadi. Ini menjadi bagian tugas terpenting petugas pemadam kebakaran karena pada saat seperti inilah fungsi para anggota pasukan oranye  ini terlihat nyata.

Terlebih lagi mereka hadir pada saat-saat yang sangat dramatis. Kobaran api tengah menyala-menyala, jerit tangis dan teriakan minta tolong terdengar dari mereka yang histeris karena kehilangan tempat tinggal, sementara sirene meraung-raung dan beberapa petugas berpakain oranye  ini berlompatan dengan sigap untuk melaksanakan tugasnya. Ini sungguh tak mudah. Mereka harus tanggap terhadap bahaya dan situasi di tempat  kejadian. Sebab, mereka umumnya pastilah tidak mengenal situasi di tempat kejadian.

Ada saja bagian tembok yang rapuh dimakan api, ada ruang yang ternyata tak punya akses keluar, ada benda-benda berbahaya yang tersimpan ditempat kejadian, dan sebagainya. Tidak jarang terjadi, para petugas bahkan terperangkap di tengah kobaran api atau tertimpa tembok dan balok-balok besar, sehingga ikut menjadi korban pada kejadian itu.

“Semua pekerjaan harus dilakukan dengan sigap dan penuh perhitungan. Bagi saya sebagai sopir pemadam, hal yang terpenting bagi saya adalah bagaimana melarikan mobil secepat mungkin, mencari akses agar mobil berada lebih dekat ke tempat kejadian,” kata Wandi,39, supir Dinas Pemadam Kebakaran yang sudah bertugas empat tahun.

Tugas terpenting dan sangat mulia yang para petugas pemadam kebakaran tentulah menyelamatkan jiwa saat peristiwa kebakaran terjadi. Tidak jarang terjadi, ketika api sudah berkobar, orang baru sadar bahwa masih ada anggota keluarganya yang tidak bisa menyelamatkan diri. Ini adalah hal pertama  yang harus dilakukan para petugas pemadam kebakaran.

Begitu tahu bahwa masih ada manusia yang terkurung dalam kobaran api, mereka harus terlebih dulu melakukan upaya dengan penyelamatan dengan berbagai cara. Ini sebuah peristiwa yang sangat mendebarkan dan sangat heroik. Seseorang menjerit-jerit di jendela, terkurung  oleh kobaran api, sementara ratusan pasang mata hanya terpelongo dan berteriak-teriak, bahkan menangis histeris, tanpa tahu harus berbuat apa. Lalu anggota pasukan oranye itu pun melakukan berbagai cara untuk dapat sampai ke tempat korban. Sebagian menghancurkan tembok, yang lain menyemprotkan air, selebihnya menyorotkan senter, dan si pemberani lainya menyeruak masuk. Api terus berkobar. Setelah berhasil menyelamatkan korban ‘pasukan oranye itu melihat dengan segenap rasa lega. Ya, merekalah pahlawan kemanusian itu.