Haryono Suyono, penggas posyandu di Indonesia saat ditemui di Universitas Trilogi, Kalibata, Jakarta Selatan pada Selasa (1/9). Foto: Diamma.com/Rahma Angraini

Diamma.com- Masyarakat Indonesia lebih mengenal Prof. Dr. Haryono Suyono, M.A. Ph.D.sebagai Kepala BKKBN. Sosok yang juga menjadi Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) ini berhasil melakukan gebrakan terhadap program Keluarga Berencana (KB) melalui pendekatan komunikasi.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Amerika Serikat, Ia kembali ke Indonesia dan lanjut bekerja di Biro Pusat Statistik (BPS) dan juga Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Dari situ akhirnya nama Haryono selalu melekat dengan BKKBN dan kariernya menanjak dari Deputi untuk beberapa bidang hingga mendapat Bintang Maha Putra serta juga didapuk menjadi Kepala BKKBN dari tahun 1983 – 1998.

Program KB yang dijalankannya pada saat itu memiliki pendekatan periode klinik (Clinical Approach) tahun 1970, karena ia berpikir bahwa pasangan yang ingin memasang KB merupakan orang yang sehat namun dianggap sakit karena harus mendatangi klinik. Maka dari itu, timbul ide lain bahwa program ini akan berhasil apabila setiap pasangan yang ingin mengikuti program keluarga berencana diberi pengetahuan bahwa KB itu bagian dari program kesehatan dari pemerintah. 

“Saya sebagai sarjana komunikasi beranggapan bahwa ada yang salah dalam pendekatan program keluarga berencana, kenapa orang tidak sakit dianggap sakit. Lalu timbulah pikiran mengembangkan program ini,” tutur Haryono.

Adapun, selain pendekatan secara klinik, Haryono juga melakukan pendekatan kemasyarakatan yaitu pendekatan melalui pemuka agama dan pemuka desa setempat dengan membentuk pos KB.

Pada saat itu, dr. Suwardjono Surjaningrat merupakan Kepala BKKBN dan dalam kepemimpinannya ia dinilai berhasil menjalankan program pos KB di Indonesia seperti pos KB desa, pos KB NU, dan pos KB Muhammadiyah. Dari pos tersebutlah lahir Posyandu sebagai bentuk inovasi dari Haryono Suyono.

Pada awalnya banyak pihak yang menolak daerahnya dijadikan pos KB, namun Haryono tidak kehabisan akal. BKKBN melakukan kampanye masal secara rutin dengan menyuarakan ‘dua anak cukup’, tetapi pada praktiknya yang melakukan hanyalah pemerintah setempat.

Ia mengatakan bahwa akan memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk mengelola dana KB dan memfasilitasi latihan gratis.

“Saya mendekatkan diri langsung ke tokoh agama di daerah tersebut, kalo misalnya mereka ingin membentuk pos KB sendiri saya mempersilahkan, kalo memperlukan latihan dan dana untuk menjalankan pos tersebut, akan saya berikan secara cuma-cuma,” pungkas Haryono.

(Baca Juga: Menilik Sejarah Posyandu, Program BKKBN untuk Kesejahteraan Keluarga)

Dengan segala inovasi yang ia berikan salah satunya menurunkan angka kelahiran pada saat itu, Indonesia mendapatkan Penghargaan UN Population Awards dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1989, yang diserahkan langsung oleh Sekjen PBB kepada Presiden Soeharto  di Markas PBB, New York, Amerika Serikat. 

Penulis: Donny Alamsyah
Editor: Rahma Angraini